Seandainya Prof. Imam Jadi Menteri Pendidikan (Bagian 2)

Author : Aries Musnandar | Selasa, 04 November 2014 10:50 WIB

(bagian kedua dari dua tulisan)

Dalam pandangan Pak Imam pengembangan SDM melalui pendidikan Islam itu harus terkait paling tidak tiga hal yakni al Quran, Ulama/Tokoh Islam dan Masjid. Oleh karena itu ketika membangun UIN Malang beliau kerapkali menstimulasi berbagai kegiatan yang mendekatkan seluruh komponen masyarakat akademik di UIN Malang dengan ketiga hal tersebut diatas. Pola pendidikan umum di Indonesia menurut hemat saya bisa dimulai dengan memerhatikan secara serius pendidikan usai dini sebagai masa emas bagi pembentukan karakter bangsa (nation character building).

Paradigma pendidikan Islam yang ditemu-kenali Prof. Imam Suprayogo sesungguhnya bisa pula diterapkan pembangunan karakter terutama pada pendidikan usia dini dan sekolah dasar yang berada dibawah pengawasan kementerian pendidikan. Konsep Pak Imam dalam membentuk karakter anak didik yakni dengan cara mendekatkannya pada masing-masing kitab suci, tokoh agama dan rumah ibadah. Pandangan ini mungkin didasari dari pengamatan dan pengalaman empiris Pak Imam pada pesantren yang para santrinya sudah terbiasa berdekatan dengan al Quran (kitab suci), ulama (tokoh agama) dan masjid (rumah ibadah). Kualitas personal santri yang terbentuk melalui ketiga hal yang didekatkan itu menjadi demikian baik, sehingga penguasaan kecakapan yang dimiliki disertai pula sikap dan karakter yang baik. Oleh karena itu mendekatkan siswa-siswa dengan ketiga hal tersebut merupakan landasan pembentukan karakter SDM bangsa. Pola mendekatkan siswa dengan kitab suci, tokoh agama dan rumah ibadah ini bisa diberlakukan tidak hanya bagi Muslim tetapi para siswa lain bisa melakukannya sesuai dengan petunjuk agama yang dianut.

Dengan demikian maka pendidikan di Indonesia tidak hanya belajar memahami ayat-ayat kauniyah melalui kegiatan ilmiah empiris, uji coba, pengamatan dan penelitian tetapi juga  membaca, mempelajari, memahami dan menerapkan teks-teks agama (ayat-ayat qawliyah). Agar pemahaman keduanya (kauniyah dan qawliyah) dalam koridor yang benar maka penguasaan bahasa menjadi bagian yang cukup penting. Bahasa Arab diperlukan untuk memahami lebih lanjut hal-hal yang terkandung dalam al Quran tetapi belum dieksplorasi secara mendalam. Sedangkan penguasaan bahasa Inggris dibutuhkan untuk mengkaji hasil-hasil obersvasi dan riset yang telah dilakukan dan dibukukan pada umumnya dalam bahasa Inggris. Disamping itu siswa juga mesti memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, lisan atau tulisan merupakan bagian dari kompetensi yang mesti dimiliki siswa agar mampu mengkomunikasikan pesan pengetahuan kepada orang lain secara akurat dan informatif.

Apabila pada awal-awal pendidikan para siswa memperoleh perlakuan proses belajar mengajar yang tepat, baik dan benar maka hal ini merupakan fondasi penting bagi peningkatan kualitas SDM anak bangsa ini di jenjang-jenjang berikutnya yang lebih tinggi.   

Apapun namanya apatah itu integrasi, interkoneksi atau perpaduan antara sains dan agama, yang penting adalah bahwa ajaran Islam tidak mengenal dikotomi atau pemisahan antara ilmu dan agama bahkan keduanya saling menunjang, satu kesatuan tak terpisahkan. Sebagaimana juga ayat-ayat kauniyah dan qawliyah wajib untuk diketahui sesuai dengan bidang minat kajiannya masing-masing. Dalam konteks membangun sistem pendidikan, kemudian, Pak Imam menyebut bahwa tradisi-tradisi di pesantren sangat bermanfaat bila digunakan sebagai platform membentuk budi pekerti atau karakter siswa/mahasiswa dan di sisi lain tradisi-tradisi ilmiah yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi menjadi bagian dari keseluruhan sistem pendidikan terintegrasi. Dengan demikian maka kekuatan keduanya (tradisi spiritual dan ilmiah) akan dapat membentuk pribadi unggul, memiliki keluasan pengetahuan namun pula mempunyai kedalaman spiritual. Ibarat 2 keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan, maka pendidikan mesti memiliki tujuan yang mulia menjadikan keluaran pendidikan bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain dan lingkungan. Bukankah sebaik-baik umat adalah yang bermanfaat untuk umat manusia?

Gagasan Prof Imam Suprayogo tentang pendidikan yang terintegrasi itu patut dijadikan pedoman bagi sistem pendidikan di Indonesia pada khususnya dan pembentukan kualitas SDM pada khususnya. Pendidikan merupakan proses tiada henti dan saling bekelanjutan, kait mengkait, sehingga jika di diawal ditangani secara baik amak proses selanjutnya akan lebih mudah untuk dijalankan.

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: