Festival Pena Toraja, Satu Upaya Menjaga Kebudayaan Tana Toraja...
Author : Administrator | Senin, 28 November 2016 | - Budaya
Bupati Tana Toraja Nikodemus Giring Kanai (tengah) berfoto bersama peserta festival Pena Toraja di Lembang Lia, Tana Toraja, Senin(28/11/2016)
TORAJA, KOMPAS.com- Minimnya budaya menulis di masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, jadi ancaman tersendiri untuk kebudayaan setempat. Perlahan, cerita rakyat dan adat istiadat semakin tak dikenal generasi penerus. Lebih-lebih, semua itu tak terdokumentasi.
"Kebiasaan bertutur orang Toraja membuat mereka tak punya dokumentasi warisan budaya," papar Johanna Ernawati, penulis yang ditemui Kompas.com dalam pembukaan Festival Pena Toraja, di Lembang Lia, Tana Toraja, Senin (28/11/2016).
Dalam kegiatan yang berlangsung pada 28-30 November 2016 ini, Ernawati berpartisipasi sebagai trainee atau pengajar. Tujuan festival adalah mendidik anak-anak sekolah untuk menulis. Harapannya, generasi penerus ini bisa menjaga kearifan lokal lewat tulisan mereka.
"Pertama, anak-anak akan dikenalkan dengan lingkungan dan keluarga. Mereka juga akan mengamati keadaan sekitar untuk membuat ide," ungkap Ernawati.
Bupati Tana Toraja Nikodemus Giring Kanai membuka festival Pena Toraja di Lembang Lia, Tana Toraja, Senin (28/11/2016)
Setelah mengumpulkan ide, tambah Ernawati, anak-anak baru diajari teknik menulis yang baik dan benar. Menurut dia, kemampuan menulis diperlukan setiap orang, apa pun profesinya.
"Dengan menulis orang bisa menuangkan idenya untuk dilihat dan dikritisi orang lain. Dengan begitu ide mereka bisa berkembang," tambah Ernawati.
Selain Ernawati, hadir pula Bupati Tana Toraja Nikodemus Giring Kanai. Dia berpendapat, festival seperti Pena Toraja tersebut dapat mencerdaskan anak-anak Tana Toraja.
"Festival ini akan mengedukasi mereka untuk menjadi penulis yang baik." ujar Nikodemus.
Penulis sekaligus pengajar Festival Pena Toraja, Johanna Ernawati, Ketua Yayasan Kasih Raya Insan Sejahatera, Merda Mangujun, Ketua Badan Arsip dan Perpustakaan Tana Toraja, Benyamin, Bupati Tana Toraja Nikodemus Giring Kanai, dan anggota DPRD setempat Kristian Hp Lambe (dari kiri ke kanan) saat menghadiri pembukaan festival Pena Toraja di Lembang Lia, Tana Toraja, Senin (28/11/2016)
Lebih dari itu, lanjut Nikodemus, salah satu pendidikan non-formal tersebut bisa pula menumbuhkan keberanian anak Toraja. Mereka jadi berani menyampaikan pendapat dan menghargai ide orang lain.
"Sehebat-hebatnya orang pintar dan cerdas, tetapi bila tidak bisa menyampaikan ide dalam bentuk tertulis maka akan menjadi tidak berguna" kata Nikodemus.
Hadir pula dalam pembukaan festival ini adalah anggota DPRD Tana Toraja, Kristian Hp Lambe.
Sebagai informasi, Festival Pena Toraja digelar atas kerja sama Badan Arsip dan Perpustakaan Tana Toraja dengan Yayasan Kasih Raya Insan Sejahatera.
Sebanyak 37 peserta tercatat mengikuti festival ini. Mereka berasal dari 11 Sekolah Dasar, 7 Sekolah Menengah Pertama, 14 Sekolah Menengah Atas, dan satu Perguruan Tinggi.
Penulis |
: Mikhael Gewati |
Editor |
: Palupi Annisa Auliani |
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2016/11/28/20402931/festival.pena.toraja.satu.upaya.menjaga.kebudayaan.tana.toraja.
Shared:
Komentar