Jakarta - Likas Tarigan, sosok luar biasa yang memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan bahkan di saat Indonesia belum merdeka. Saat dirinya sendiri masih terkungkung kebudayaan.
Likas kecil (Tissa Biani) yang tinggal di Sibolangit, Sumatera Utara harus berjuang melawan orang tuanya demi menempuh pendidikan guru. Sang ibu (Jajang C. Noer) bersikeras bahwa merantau hanya untuk orang miskin dan laki-laki.
Tapi ayah (Arswendi Nasution) dan abangnya (Ernest Samudra) diam-diam mendaftarkan anaknya ke 'Normal School' di Padang Panjang. Tanpa persetujuan ibunya, Likas kecil pergi dan berhasil menjadi perempuan yang vokal menyuarakan kemandirian. Hingga akhirnya tidak sedikit yang membencinya.
Likas dewasa (Atiqah Hasiholan) kemudian bertemu dengan kelompok Peta (Pembela Tanah Air). Djamin Gintings (Vino G. Bastian) adalah pria yang jatuh cinta kepadanya setengah mati. Puluhan bahkan ratusan surat dikirimkan Djamin Gintings untuk menarik perhatian Likas. 'Dari mata turun ke hati', begitulah hingga akhirnya Likas menaruh hati pada pejuangnya dan menikah.
Akan tetapi, justru pernikahan itulah awal mula perjuangan mereka. Djamin yang memimpin resimen harus berjuang ke sepanjang Sumatera Utara untuk merebutkan kemerdekaan Indonesia. Saat suaminya berjuang, Likas pun memimpin perjuangan para penduduk desanya untuk mempertahankan hidup.
Perjuangannya tentu berbuah hasil. Indonesia merebut kemerdekaan, dan di balik seorang pria yang sukses, hadir wanita hebat, begitulah keluarga Likas dan Djamin Gintings mengarungi hidupnya. Djamin yang diangkat menjadi Mayor Jendral, Letnan Jendral hingga menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada membawa keluarganya ke taraf hidup yang lebih baik.
Sayangnya, perjuangan Likas belum berakhir. Menjadi wanita, istri dan ibu untuk lima anaknya, Likas tua masih harus terus bernafas untuk membangun Nusantara.
"Saya tidak menyangka mendapatkan kado yang sedemikian istimewa. Saya bersyukur bahwa perjalanan saya dapat menjadi inspirasi. Sekiranya suami saya masih hidup, tentu dia pasti merasa banggan" ujar Likas Tarigan yang memang masih hidup di usia ke-90 hari ini, usai Press Screen di Epicentrum XXI Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2014).
"Lewat ceritanya, Ibu Likas bisa membuat banyak perempuan di Indonesia terinspirasi. Meskipun ini cerita dari Sumatra, tapi inspirasi Beliau bisa diberikan untuk seluruh perempuan di Indonesia," tambah sang sutradara Rako Prijanto.
Likas Tarigan sudah berhasil memberikan hidupnya, napasnya, untuk ibunya, abangnya dan suaminya. Lantas, untuk siapa kau bernapas?
Itulah sedikit gambaran dari film berjudul '3 Nafas Likas' produksi Oreima Kreatif Produksi. Lebih lengkapnya, saksikan '3 Nafas Likas' 16 Oktober mendatang di seluruh bioskop di Indonesia. (hap/ron)