Rizky Sekar Afrisia, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Selama 19 kali penyelenggaraan Singapore Writers Festival, tema-tema yang diusung selalu berbahasa Inggris. Baru tahun ini ajang itu menggunakan bahasa Melayu. ‘Sayang,’ didapuk sebagai tema Singapore Writers Festival tahun ini.
“Itu sebuah kata Melayu yang indah dan melankolis. [Itu bisa] berarti cinta, tapi juga menunjukkan rasa kehilangan,” demikian yang tertulis dalam keterangan pers dari penyelenggara SWF yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (19/10).
Kata yang sering diungkapkan pasangan yang sedang berkasih-kasihan itu bisa merefleksikan hal-hal yang dianggap berharga, sekaligus sebuah pengorbanan.
Kata itu, masih mengutip keterangan pers, juga merupakan penghormatan untuk Singapura yang kaya akan budaya. “Itu menunjukkan pertalian yang mengikat kita, dan cerita universal yang lintas negara,” keterangan itu berlanjut.
Tak salah jika SWF bicara soal universalitas yang lintas negara. Sekitar 360 penulis yang didatangkan di acara itu memang berasal dari beragam negara.
Selama 10 hari—4 hingga 13 November 2016—para penulis akan berdiskusi di Civic District, membahas soal bagaimana isu-isu global memengaruhi karya mereka.
Evan Puschak misalnya, yang berasal dari Amerika Serikat, akan berbicara soal bagaimana pemilihan presiden—yang isunya memanas dengan adanya dua kandidat kuat nan kontroversial Donald Trump dan Hillary Clinton—memengaruhinya.
Sementara Atia Abawi yang juga dari AS, membicarakan isu krisis imigran yang melanda Eropa. Sementara isu teorisme, termasuk peristiwa 9/11, memengaruhi Vijay Seshadari penulis keturunan India dan AS, yang juga pemenang Pulitzer.
Indonesia tak ketinggalan, juga ada dalam daftar. Penulis yang namanya benar-benar sedang naik daun setelah novelnya diterjemahkan ke berbagai bahasa, Eka Kurniawan menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam ajang itu.
Sebagai negara tetangga, Singapura ikut berbangga Eka menjadi perwakilan Asia Tenggara, sekaligus orang Indonesia pertama yang masuk dalam daftar panjang The Man Booker International 2016. Masih banyak daftar penulis fiksi lain, termasuk dari negara-negara yang selama ini tak terdengar sastranya seperti Korea.
Singapura sendiri membawa penulis-penulis terbaiknya: O Thiam Chin, Desmond Kon, Sithuraj, Josephine Chia, Sonny Liew, Cyril Wong, dan Yong Shu Hoong.
Selain diskusi-diskusi serius dan berbobot, acara itu juga punya Malam Lawak Sastera, yang akan menggabungkan karya sastra dan pelawak atau aktor tunggal.
Akan ada pula sesi non-bahasa Inggris bersama Noor Hasnah Adam dan Nur Aisyah Liyana. Mereka lah orang di balik tema ‘Sayang’ dalam ajang SWF kali itu
.