Jakarta - Kasper Almayer (Peter O'Brien) pedagang senjata dari Belanda yang menetap di Desa Sambir, Malaka. Impiannya untuk menemukan legenda gunung emas, membawanya terdampar di tempat penuh nyamuk dan penyakit itu.
Adalah Mem (Sofia Jane), istri yang dinikahinya tanpa cinta dan dijadikan budak. Bapak angkat Mem, Kapten Lingard, adalah satu-satunya alasan Almayer menyetujui pernikahan tersebut. Apalagi kalau bukan karena harta yang dijanjikan akan diberikan kepadanya.
Tapi, Lingard tidak memberikannya secara cuma-cuma, dia menantang Almayer untuk menemukan sebuah gunung emas yang telah lama menjadi legenda di Malaka. Tentu saja Almayer menyetejuinya, mengingat dia merupakan pedagang yang sangat ambisius.
Kelakukannya itu membuat Mem berang, juga Nina (Diana Danielle) yang baru saja dipulangkan secara paksa dari sekolahnya di Singapura. Nina dewasa yang pintar dan rupawan, seperti menjadi dua mata pisau bagi Almayer. Kepulangan Nina menjadi Dewi Forutuna untuk bisnisnya, tetapi kemudian membawa Almayer kepada kehancuran.
Nina jelas menjadi rebutan seluruh Sambir karena paras Melayu dan Eropa yang menempel dari ujung rambut sampai kakinya. Pemuda Arab, Sayed Rashid (Bront Palarae), anak saudagar bernama Abdullah (Alex Komang) langsung meminangnya. Sayang beribu sayang, niat itu ditolak. Permusuhan antara Almayer dan Abdullah beserta pasukannya dimulai.
emudian datang lagi seorang pangeran dari desa seberang, bernama Dain Maroola (Adi Putra). Kedatangan Dain ke Sambir untuk mencari bubuk mesiu membawanya bertemu dengan Ketua Suku di sana yang dipanggil Raja (El Manik) dan asistennya, Orang Kaya Tinggi (Khalid Saleh). Raja menyuruh Dain menemui Tuan Putih alias Almayer, dan di sanalah dia jatuh cinta dengan Nina.
Dain dan Nina berhubungan diam-diam, hanya Mem yang tahu. Tapi, demi memperlancar suplai mesiunya, Dain mengiyakan ajakan Almayer untuk berlayar ke gunung emas. Raja berang, melihat Dain ternyata menyambangi Sambir hanya untuk perempuan, bukan mesiu.
Parahnya lagi, Dain bukanlah pedagang dan pangeran biasa, melainkan pemberontak sekaligus pejuang kemerdekaan Malaka. Senjata dan mesiu yang dibelinya digunakan untuk menghancurkan kapal-kapal Inggris yang merapat ke Malaka. Jadilah Dain buronon militer Inggris. Mengetahui mesiu yang didapatnya berasal dari Almayer, pria Belanda itu pun menjadi target.
Perburuan harta Almayer berantakan, keluarganya pun ikut hancur setelah seorang budak bernama Taminah (Rahayu Saraswati) membocorkan hubungan anaknya dengan Dain karena sakit hati.
Sampai di suatu pagi, Dain dikabarkan meninggal. Nina menangis bukan kepalang, begitu pula ayahnya, tapi tidak dengan Mem. Dia menatap tersenyum di depan kobaran api yang melahap keluarganya.
'Gunung Emas Almayer' merupakan film kolaborasi lintas negara produksi Media Desa Indonesia dan Tanah Licin Sdn Bhd, Malaysia. Disutradari oleh U-Wei Bin Haji Saari, film yang dikalim menelan biaya produksi Rp 60 miliar ini diadaptasi dari novel terkenal 'Almayers Folly' karya Joseph Conrad.
Mengambil latar belakang Malaka, Kalimantan di tahun 1830, 'Gunung Emas Almayer' menjanjikan sebuah konflik kolosal. Film ini akan tayang serentak pada 6 November mendatang.