"Pekerjaan Stand-up Comedian Menjanjikan"

Author : Administrator | Selasa, 13 Maret 2012 10:30 WIB | - Teater
Soleh Solihun (VIVAnews/Fernando Randy)

 

Di Indonesia, orang mengenal stand-up comedy lewat Dono, Kasino, dan Indro.

VIVAnews - Istilah stand-up comedy barangkali masih kurang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Padahal salah satu bentuk seni komedi ini sudah dikenal di Amerika dan Eropa sejak abad ke-18.

Jerry Seinfeld yang populer lewat serial 'Seinfeld' adalah salah seorang contoh comic (komedian stand-up) yang cukup terkenal di AS. Di Indonesia, orang mengenal stand-up comedy lewat Dono, Kasino, dan Indro.

Stand-up comedy kembali terdengar gaungnya pada tahun lalu, ketika beberapa stasiun televisi swasta membuat tayangan stand-up comedy. Tayangan tersebut akhirnya melahirkan sejumlah comic baru. Mereka di antaranya Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, dan Soleh Solihun.

Nama yang terakhir disebut tentunya tak asing lagi bagi para pecinta tayangan stand-up comedy. Meski minim ekspresi, Soleh sukses mengocok perut para penontonnya. Vivanews berkesempatan mewawancarai pria kelahiran Bandung, 2 Juni 1979. Berikut  petikan wawancara dengan alumnus Fakultas Jurnalistik Fikom Universitas Padjajaran Bandung ini.

Bisa dijelaskan apa yang dimaksud dengan stand-up comedy?

Si comic itu tampil membawakan pengamatan terhadap sesuatu, disajikan dalam bentuk monolog dan komedi, intinya itu.

Bagaimana perkembangan stand-up comedy di Indonesia?

Dari bulan Juli tahun lalu meningkat pesat. Menggembirakan perkembangannya, dari yang tadinya cuma komunitas saja. Sebelumnya sih sudah ada stand-up comedy, cuma belum memasyarakat saja. Gara-gara Raditya Dika dan Pandji kan di Twitter.

Jadi semenjak 13 Juli 2011 itu pertama kali stand-up Indonesia berdiri. Mereka bikin acara di Comedy Cafe. Nah dari situ perkembangannya meningkat, yang menikmati stand-up comedy nggak hanya orang tertentu, tapi juga masyarakat luas. 

Stand-up comedy sudah ada Amerika dan Eropa sejak lama. Apakah bisa dikatakan Indonesia agak telat?

Kalau telat sebenarnya nggak ada istilah terlambat. Dari dahulu juga sebenarnya sudah ada cikal bakal stand-up comedy kayak orang Yogyakarta. Kayak mas Butet, gaya dia memang sudah stand-up comedy, cuma kan belum ada yang memakai istilah itu. Iwel juga dari tahun 1990-an memulai stand-up comedy di televisi.

Jadi sudah ada dari dahulu. Cuma sekarang karena ada anak-anak muda itu dan karena ada media sosial, seperti You Tube. Ada juga Jakarta Comedy Club. Sebelum komunitas ini muncul, mereka sudah mempraktikan stand-up ini. Cuma kita saja tak tahu karena masih di kalangan terbatas. Baru karena dua televisi itu saja (MetroTV dan KompasTV) yang baru berani mengeluarkan ide itu. Kalau dibilang terlambat nggak juga, ya mungkin sekarang saja saatnya.

Bagaimana soal tanggapan masyarakat Indonesia yang masih sensitif menerima lawakan seperti stand-up comedy?

Ya wajar sih. Pertama, ini kan orang-orang baru kenal gaya komedi seperti ini. Jadi belum terbiasa. Kedua, orang Indonesia memang terlalu sensitif. Maksudnya terlalu memikirkan perasaan seseorang. Ya harusnya santai saja sih. Intinya memang belum terbiasa.

Tapi di luar negeri pun stand-up comedy menimbulkan orang nggak suka. Kayak tahun 1960-an pernah ada yang dituntut ke pengadilan gara-gara stand-up-nya. Cuma karena di Amerika sudah mengerti. Nah ini kan orang belum mengerti maksudnya karena sudah terbiasa lihat lawak yang nggak kasih opini

Kalau stand-up comedy kan mengeluarkan statement. Yang namanya orang mengeluarkan opini pasti ada yang nggak suka, pasti pro dan kontra selalu ada. Ada beberapa hal yang oke nggak usah dibahas atau jangan terlalu to the point. Intinya karena menyangkut opini, jadi pasti ada pro kontra.

Bagaimana awal mula menjadi seorang comic?

Awalnya gara-gara jadi MC sebelum jadi comic, dari tahun 2000-an. Terus tahun 2010 ada salah satu radio anak muda di Jakarta bilang 'Eh elo kayaknya bisa nih ikut stand-up di event off air radio kita'. Jadi mereka ada tiga band, di sela-sela band itu ada stand-up comedy.

Nah dari tahun 2010 itu September atau Oktober, lagi stand-up minta direkamin sama teman dan dimasukkan ke You Tube. Jadi waktu komunitas stand-up berdiri mereka tahu saya pernah stand-up sebelumnya.

Belajar jadi comic dari siapa?

Saya nggak pernah belajar. Karena sering ngomong di depan umum saja kali ya. Di kampus sering jadi MC. Ya nggak tahu, akhirnya begitu saja. Nggak pernah belajar teori. Kan yang lain pada belajar teori, saya nggak tahu teorinya bagaimana. Yang penting tujuannya buat orang ketawa. Bagaimana ketika ngomong itu bikin ketawa. Itu saja.

Apa saja yang dipersiapkan sebelum melakukan stand-up comedy?

Ya paling memikirkan saja mau ngomong apa, saya ingat-ingat. Saya catat poin-poinnya. Nanti pas di atas panggung ya sudah diomongin saja.

Tanggapan orang-orang terhadap penampilan Anda di atas panggung?

Selama ini orang-orang banyak yang suka. Salah satu indikatornya kan karena sering dipanggil, dapat job. Jadi alhamdulillah bagus. Follower saya juga bertambah.

Pernah ada pengalaman kurang menyenangkan saat tampil di atas panggung. Misalnya penonton tidak tertawa?

Kalau saya situasi nggak enak lebih ke teknis. Misalnya mikrofonnya nggak enak, volumenya nggak kenceng. Jadi kalau ngomong capek, ketarik-tarik urat. Atau kalau penonton jauh, nggak kelihatan muka penontonnya itu pasti nggak bagus penampilannya. Kalau saya asal penonton dekat, bisa melihat muka penonton dan mikrofon nyaman, saya nggak perlu teriak-teriak, ya pasti penampilan bagus.

Kabarnya Raditya Dika beberapa menit stand-up dibayar mahal. Anda sendiri bagaimana. Apakah pekerjaan sebagai comic cukup menjanjikan?

Kalau dari saya alhamdulillah. Saya stand-up 15 menit sudah lebih besar sedikit dari gaji sebulan waktu di majalah..hahaha...Ya pokoknya menjanjikan.

Pernah menganggap diri sendiri lucu?

Lumayan ya..hahaha..Buktinya kalau orang lihat saya stand-up atau ngobrol mereka ketawa, ya berarti lucu. Memang saya minim ekspresi, ngomong nadanya datar, mukanya datar nggak ekspresif. Tapi yang penting orang ketawa.

Ada comic favorit di Indonesia atau luar negeri?

Saya bukan pemerhati stand-up comedy. Cuma karena sering di panggung, banyak orang yang suka, ya jalani saja. Pekerjaannya enak kok, bikin orang ketawa, dibayar gede.

Paling kalau ditelusuri keinginan saya untuk melucu itu karena Zainuddin MZ. Waktu SD, bapak saya suka beli kaset Zainuddin MZ. Nah saya suka ketawa mendengarnya. Saya terhibur dengan gaya beliau. Ceramahnya sih nggak ada yang ingat, cuma dia itu orangnya lucu. Waktu itu saya mengidolakan Zainuddin MZ. Ya makanya sempat ingin jadi ustad gara-gara Zainuddin MZ.

Pesan bagi comic lain agar bisa menjadi stand-up comedian yang hebat?

Harus punya ciri, karakter. Jangan jadi yang biasa-biasa saja. Minimal orang jadi langsung terbayang karakternya seperti apa. Makanya si Mongol itu cepat naik, karena dia yang satu-satunya seperti itu di antara comic-comic yang lain. Secara muka pun sudah lucu dan berkarakter. (eh)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image


Shared: