Guru menjadi ujung tombak mencetak generasi masa depan.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Pada tahun mendatang, akan ada sekitar 40 ribu calon guru yang dihasilkan oleh program profesi guru (PPG). Di sisi lain, jumlah guru yang pensiunan mencapai lebih dari 70 ribu orang.
Melihat hal tersebut, para peserta PPG Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diminta untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti kelas dan ujian agar bisa lulus. Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM), Trisakti Handayani dalam orientasi PPG UMM.
Trisakti juga mendorong para mahasiswa untuk bisa melewati ujian kompetensi mahasiswa program profesi guru (UKMPPG). Jika tidak, maka kekurangan guru di masa depan akan terjadi.
“Selain itu, dengan serius mengikuti segala proses, artinya para peserta juga telah membantu pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang berkemajuan,” ujarnya.
Ia juga meminta kepada para peserta PPG untuk bisa menjadi guru pemimpin masa depan. Hal ini diungkapkan mengingat mereka mendapatkan kesempatan dan beasiswa untuk menempa diri di PPG.
Sementara itu, Rektor UMM, Fauzan menilai, guru yang sukses itu yang bisa mengantarkan anak didiknya untuk meningkatkan martabat bangsa. Sebab itu, guru menjadi ujung tombak mencetak generasi masa depan yang diperhitungkan.
Sebagai calon guru, para mahasiswa PPG diminta untuk memahami bahwa 2030 merupakan awal puncak dari demografi. Pasalnya, jumlah usia produktif akan melambung tinggi mengungguli mereka yang tidak produktif.
Hal ini tentu menjadi kesempatan strategis bagi Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar dunia. Menurut dia, momen ini bisa jadi keuntungan maupun malapetaka bagi Indonesia.
Semua tergantung pada penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. “Tentu, anak-anak yang kini duduk di bangku sekolah dasar maupun menengah menjadi pemangku tongkat kepemimpinan di tahun-tahun tersebut,” jelas rektor asal Kediri itu.
Ia pun meminta mahasiswa PPG untuk membayangkan bagaimana keadaan anak-anak didik di masa depan. Dalam hal ini melihat apakah mereka bisa menghadapi tantangan dan perubahan dengan baik, atau malah tertinggal dan kalah.
Kemudian juga harus membayangkan situasi yang akan terjadi di Indonesia, apakah mampu mencapai visi Indonesia emas 2045 atau malah sebaliknya. Rektor juga meminta para peserta untuk tidak menggunakan kesempatan kegiatan PPG sebagai sarana mendapatkan sertifikat saja.
Mereka harus memahami proses ini juga menjadi bagian menyiapkan diri menjadi guru yang mampu mengembangkan anak didiknya untuk hidup di zaman yang akan datang. Jika mental guru hanya untuk berangkat kerja kemudian pulang, maka habislah peradaban bangsa ini.