Tim psikososial akan membantu memulihkan mental korban gempa Cianjur.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah mengirim tim relawan mahasiswa relawan siaga bencana (Maharesigana) yang berangkat pada 28 November lalu. Mereka juga ditemani oleh tim psikososial yang akan membantu memulihkan mental korban gempa Cianjur.
Ketua Maharesigana UMM, Rindya Fery Indrawan, menjelaskan mereka juga berkolaborasi dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Timnya bahkan diminta untuk bersiaga di salah satu posko MDMC di Kampung Cariuk, Deda Mangunkarta, Cianjur.
Menurut Rindya, setidaknya ada 20 anggota Maharesigana dan ditambah dengan tujuh tim psikososial yang diturunkan di lokasi kejadian. Timnya berusaha memberikan sederet bantuan, baik material maupun moral. “Selain itu juga menyediakan layanan psikososial, membangun hunian darurat, dan pendidikan darurat,” kata dia dalam pesan resmi yang diterima Republika.
Terkait pendidikan darurat, para relawan turut serta mengajar di sekolah-sekolah darurat di Kampung Cariuk. Ada pun tim UMM saat ini berada di sekitar episentrum terjadinya gempa. Bahkan, gempa skala kecil beberapa kali terasa olehnya.
Seperti diketahui, Cariuk berlokasi di dekat episentrum gempa. Sebab itu, ada banyak rumah dan hunian yang hancur, bahkan ada satu sekolah yang ambruk. Kemudian tercatat ada lebih dari 27 korban yang meninggal.
Kejadian ini membuat banyak anak-anak trauma dan bahkan tidak mau kembali ke rumah karena takut. Sebab itu, tim psikososial hadir untuk menghibur dan mendukung para penyintas agar bisa menghilangkan trauma yang dialami. Hal ini paling tidak bisa menekan kekhawatiran dan kecemasan yang dialami oleh para korban.
Ada pun para warga sekitar masih berlindung di hunian sementara. Beberapa ada yang bersifat komunal dan berkumpul dan ada juga yang mendirikan tenda dekat rumah karena tidak mau meninggalkan kediamannya. Beruntung, sumber air tidak begitu jauh dari lokasi. “Pun dengan makanan karena banyak donasi yang sudah diberikan,” katanya.
Meskipun begitu, dia mengaku ada kendala lain yang cukup menyulitkan. Satu di antaranya listrik yang sering mati yang menyebabkan sukarnya komunikasi. Aksesnya juga jauh karena berada di kali Gunung Pangrango sehingga menyulitkan proses penyaluran bantuan ke korban.
Terakhir, ia berharap upaya timnya bisa memberikn dampak positif bagi korban gempa bumi Cianjur. Hal ini terutama dalam aspek psikososial, dukungan mental, serta bantuan bagi warga yang membutuhkan.