Surabaya (ANTARA News) - Pihak Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya masih menunggu informasi terkait dugaan praktik perjokian yang diduga dilakukan mahasiswanya di Universitas Muhammadiyah Malang.
"Kami belum tahu, karena sampai sekarang sifatnya masih menunggu, biasanya Rektor UMM akan menyampaikan berita acara kepada kami soal itu," kata Kepala Badan Akademik ITS Dr Ismaini Zain kepada Antara di Surabaya, Senin.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi dugaan adanya dua orang oknum mahasiswa ITS Surabaya berinisial VA dan WP terlibat dalam praktik perjokian saat pelaksanaan tes masuk calon mahasiswa baru di UMM yang menyeret 31 mahasiswa terduga joki.
Menurut dia, berita acara itu biasanya dilengkapi dengan tingkat kesalahan dalam kasus itu. "Dari situlah nanti akan dibahas dalam Tim Penyelesaian Perkara yang dipimpin Rektor ITS, lalu akan ada sanksi sesuai bukti-bukti yang ada," katanya.
Hingga kini, dosen yang juga Koordinator Humas SBMPTN 2013 itu mengaku belum berani memastikan bentuk sanksi yang akan diterapkan kepada dua oknum mahasiswa ITS itu, karena Rektor ITS masih menunggu informasi dari Rektor UMM dalam bentuk berita acara.
"Dari berita acara itulah akan ketahuan bentuk sanksinya. Yang jelas, kalau bentuk kesalahannya berat bisa saja akan dikeluarkan, tapi kami belum bisa memastikan bentuknya, tunggu saja," katanya.
Sebelumnya, Ketua panitia Seleksi Mahasiswa Baru UMM Fauzan menjelaskan dua orang mahasiswa ITS tersebut menyamar menjadi peserta tes bersama 2.027 peserta jalur reguler lainnya pada tes masuk gelombang pertama.
"Kedua joki itu mengerjakan 100 soal yang dibagi rata masing-masing 50 soal. Selanjutnya, jawaban dikirim kepada `klien` yang juga ikut tes penerimaan mahasiswa baru di UMM melalui alat komunikasi canggih yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa," katanya.
Setelah tes berlangsung sekitar 20 menit, panitia seleksi dan petugas melakukan penggeledahan terhadap peserta tes, ternyata ada 31 orang peserta menggunakan alat komunikasi yang sama dengan cara yang sama pula.
Ke-31 peserta tes yang diduga menggunakan jasa joki tersebut diamankan di aula dekat gedung rektorat dan dua orang joki yang berhubungan langsung dengan joki lain yang berada di luar area tes, diinterogasi di ruangan khusus, terpisah dari peserta tes yang tertangkap.
"Server pengendali alat komunikasi bagi peserta tes yang menggunakan jasa joki itu ada di wilayah Batu dan Kota Malang dan menurut pengakuan `klien` joki ini biaya yang dikeluarkan juga sangat tinggi, yakni sampai Rp250 juta untuk Fakultas Kedokteran (FK)," katanya.