Malang, (ANTARA News) - Legislatif lima tahun ke depan bakal didominasi orang-orang yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat, kata seorang pengamat.
"Calon legislatif (caleg) sekarang berasal dari berbagai latar belakang terutama orang-orang kaya, artis dan tokoh kharismatik. Mereka bakal duduk sebagai wakil rakyat hanya karena terpilih saja, bukan karena keahliannya dibidang tertentu," kata Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Muhajjir Effendi di Malang Selasa.
Muhajjir mengemukakan hal itu ketika ditanya soal kualitas legislatif periode 2009-2014.
Rektor UMM itu mengemukakan, legislatif sekarang khususnya di tingkat pusat banyak yang memiliki staf ahli dan merekalah (staf ahli) itu yang "berpikir" dan menyumbangkan ide-idenya, karena legislatif itu sendiri tidak paham akan posisi dan apa yang menjadi bahasan.
Memang, katanya, tidak semua wakil rakyat seperti itu, tetapi kondisi itu riil, bahkan menjadi sebuah tren yang sudah umum dilakukan.
Seharusnya, kata Muhajjir, partai politik (parpol) melakukan penyaringan dan kualifikasi serta keahlian para calegnya, karena mereka nanti bakal duduk di komisi-komisi yang membidangi berbagai hal dan itu butuh keahlian, bukan sekedar kepopuleran dan pandai berkomunikasi saja.
Ia mengakui, komposisi legislatif ketika jaman Orde Baru (Orba) baik dari Golkar, PPP dan PDI cukup bagus, karena terpilihnya mereka menduduki kursi dewan bukan karena kepopulerannya, tetapi keahlian yang dimilikinya.
Muhajjir menegaskan, penilaian terhadap caleg, baik kualifikasi secara umum maupun keahliannya mutlak harus dilakukan oleh parpol. "Kalau periode sekarang sudah terlanjur, periode setelah lima tahun ini harus dilakukan agar rakyat ini diwakili oleh orang-orang yang berkualitas," tegasnya.
Menurut dia, dengan caleg-caleg yang ada sekarang ini, baik di pusat, provinsi maupun di kota/kabupaten banyak yang berangkat asal-asalan saja, artinya asala daftar jadi caleg terutama perempuan yang hanya sekedar memenuhi kuota keterwakilan 30 persen.
"Kalau sudah begini, tanpa ada penilaian, kualifikasi dan tes keahlian dari parpol, kita semua pasti tahu, seperti apa kualitas para wakil rakyat kita periode lima tahun ke depan,"kata Muhajjir.*(*)