Multikulturalisme di Asia dan Tantangan yang Dihadapi

Author : Humas | Thursday, October 27, 2022 17:05 WIB | beritajatim.com -

Malang (beritajatim.com) – Multikulturalisme di Asia menjadi topik yang tak pernah mati didiskusikan. Karakter yang khas menjadikan multikulturalisme Asia selalu menarik diperbincangkan.

Topik ini menjadi bahan dalam seminar Multiculturalism for the Human Development in Asian Community yang digelar Center For Asian Studies Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Seminar ini menghadirkan pembicara utama yaitu Guru Besar Universitas Pattimura, Albertus Fenanlampir.

Dalam paparannya dengan judul Awareness and People Oriented in Asian Multiculturalism, Fenanlampir memaparkan bagaimana Asia menjadi benua tempat tumbuhnya multikulturalisme terbesar di dunia. Asia menjadi tempat lahirnya agama-agama besar dunia.

“Asia menjadi tempat kelahiran agama besar dan ratusan agama kecil. Semisal, Hindu dan Budha berasal dari India, Kristen Protestan dan Kristen Katolik berasal dari Yerusalem, Kong Hu Chu berasal dari Tiongkok dan Islam yang berasal dari Arab Saudi,” kata Fenanlampir pada acara yang berlangsung di Aula GKB 4 lantai 9.

Melalui keberagaman itu, tentu akan melahirkan interaksi sosial dari berbagai latar belakang yang berbeda ke masyarakat. Interaksi dan komunikasi antara orang, organisasi, lembaga yang berbeda latar belakang budaya terjadi setiap waktu.

Ia mengingatkan bahwa perbedaan dan keanekaragam adalah sesuatu yang alamiah dan setiap orang serta bangsa memiliki keunikan tersendiri.

“Memiliki kesadaran sosial dan memahami ragam budaya adalah penting. Kesadaran seseorang untuk bisa membaca, menyadari serta memahami orang di sekitarnya dan lingkungannya. Pemahaman tersebut menjadi dasar untuk bertindak secara tepat dalam situasi yang ada,” imbuhnya.

Selanjutnya dia menjelaskan terkait multikulturalisme. Masyarakat Multikultural adalah masyarakat yang terbagi dalam bagian sistem yang berdiri sendiri dan masing-masing bagian sistem terkait oleh ikatan primordial. Baginya, masyarakat Asia sangat multikultural dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa asia adalah rawan bencana sosial.

“Di satu sisi, Keberagaman budaya di Asia memang rawan konflik yang membutuhkan solusi konkret dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga munculah konsep multikulturalisme. Multikulturalisme dijadikan acuan terbentuknya masyarakat multikultural yang damai karena terkandung pengakuan akan martabat hidup dengan kebudayaannya masing-masing,” terangnya.

Sementara itu, Pradana Boy ZTF menjelaskan jika multikulturalisme dapat terbentuk dari berbagai aspek antara lain perdagangan, perang dan kolonialisme. Terkhusus perdagangan, faktor ini mempertemukan berbagai etnis dalam suatu praktek jual beli barang ataupun jasa.

Hal tersebut dibuktikan dengan kedatangan bangsa Arab dan China ke Nusantara pada abad ke 5 Masehi.

Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam (FAI) UMM ini mengatakan dalam aspek kolonialisme, Belanda di Indonesia membentuk multikulturalisme secara tidak langsung. Dapat dilihat dari praktek pengasingan dan mendatangkan pekerja asing dari negara Asia Timur kemudian membentuk sebuah komunitas atau masyarakat dari latar belakang etnis yang bermacam-macam.

Apalagi ditambah dengan misi menyebarkan agama yang semakin memperluas makna multikulturalisme yang bukan hanya berdasar etnis semata.

“Misi kolonialisme dalam menyebarkan ajaran Kristiani membentuk aspek baru dalam keberagaman umat beragama. Jadi multikulturalisme tidak hanya dilihat dari etnis maupun ras saja,” jelasnya mengakhiri. [dan/beq]

Harvested from: https://beritajatim.com/pendidikan-kesehatan/multikulturalisme-di-asia-dan-tantangan-yang-dihadapi/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: