Universitas Muhammadiyah Malang mengirim Mobil Kamis Membaca (KaCa) ke Lapas Perempuan Kelas IIA Malang. (Humas UMM)
Malang (beritajatim.com) – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengirim Mobil Kamis Membaca (KaCa) ke Lapas Perempuan Kelas IIA Malang. Beragam buku disediakan, mulai dari buku masak, novel, biografi hingga self development. Para warga binaan yang tertarik diperbolehkan meminjam selama seminggu ke depan.
Mobil KaCa adalah perpustakaan keliling milik UMM. Beragam kegiatan sosial dia dihadirkan untuk memberikan edukasi dan menghibur masyarakat. Termasuk warga binaan yang ada di dalam Lapas. Buku ini mereka baca sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Plt Kepala Lapas Perempuan kelas IIA Malang, Lilik Sulistyowati cukup senang dihampiri oleh Mobil KaCa UMM. Sebelumnya, selama Ramadhan sudah banyak program yang dijalankan di Lapas. Seperti pelatihan menulis, hingga pembuatan video klip band warga binaan.
“Semoga serangkaian agenda tersebut bisa menambah wawasan dan skill para warga binaan. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga, nusa, bangsa dan tentunya agama. Kami juga berharap kerjasama yang baik antara UMM dan Lapas Perempuan bisa terus berjalan dan disinergikan,” ujar Lilik.
Salah satu warga binaan Lapas yakni Eva menilai, buku-buku yang disediakan di Mobil KaCa sangat menarik. Mulai dari novel, buku inspiratif, agama, pengembangan diri dan lainnya. Bahkan dia mengaku sangat menanti kehadiran Mobil KaCa.
“Donasi pakaian wanita yang diberikan juga bermanfaat. Ditambah lagi dengan sharing session bersama pak rektor. Semoga apa yang diupayakan oleh UMM memberikan banyak kebaikan. Bukan hanya bagi kami, tapi juga bagi masyarakat luas,” ujar Eva.
Sementara, Rektor UMM Fauzan, memberikan kisah inspiratif menjelang berbuka untuk warga binaan pada Kamis, (6/4/2023) kemarin. Fauzan mengatakan bahwa hidup itu seperti fatamorgana. Dari jauh terlihat air berlimpah, tapi saat berjalan mendekati, tidak ada air sama sekali. Maka perlu adanya cara mengatur kehidupan yang harus dikuasai.
“Ada dua hal yang seringkali menjadi pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yakni nafsu dan akal. Nafsu selalu bersandar pada keinginan yang berujung pada kesenangan. Sementara akal, selalu bersamaan dengan kebaikan,” kata Fauzan.
Selain itu, Fauzan juga mengajak warga binaan lapas untuk sama-sama intropeksi diri. Menemukan kesalahan diri dan memperbaikinya sehingga mampu menjadi suci dan fitri di akhir Ramadhan. Ia juga memaparkan bahwa kebahagiaan itu ada dalam hati manusia-manusia yang bersyukur.
“Puasa Ramadan itu ibarat kepompong, di mana ada keharusan untuk menahan diri. Ada ulat yang gagal menjadi kupu-kupu, tapi banyak pula yang berhasil. Sama seperti manusia, apabila berhasil memanfaatkan Ramadan, ia akan menjadi seseorang yang bertaqwa dan lebih baik,” tandas Fauzan. [luc/but]