Bisnis.com, MALANG — Pemkab Tabanan, Bali, menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang atau UMM untuk mengembangkan sistem pengairan sawah warisan budaya Bali, Subak.
Rektor UMM, Fauzan, mengatakan perguruan tinggi swasta milik Muhammadiyah tersebut telah mengirimkan tim survei penguatan pengelolaan Subak berkelanjutan pada 7-13 Mei lalu ke Tabanan. Adapun Subak dikenal sebagai organisasi wadah bermusyawarah para petani untuk mengatur sistem tata kelola pengairan pertanian di Bali.
“Masyarakat Bali meyakini, tanpa campur tangan Subak, sistem pembibitan dan produk pertanian tidak akan maksimal,” ujarnya, Selasa (16/5/2023).
Subak yang ada sejak abad ke-9 telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 29 Juni 2021 lalu.
Bupati Tabanan, I Komang Sanjaya, menyayangkan, peran Subak terus berkurang akibat pengaruh global sehingga tata kelola pertanian dan irigasi seringkali kurang mendapat perhatian.
“Maka, UMM dan Pemkab Tabanan bekerja sama untuk merekonstruksi subak yang ada. Apalagi pertanian merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tabanan, Bali,” ujarnya.
Dia merasa senang dan mengapresiasi adanya diskusi dengan para ahli UMM. Bahkan pihaknya siap membuka kerja sama-kerja sama lain. Tidak hanya di sektor pertanian tapi juga sektor strategis lainnya.
Fauzan menegaskan, selama ini UMM melalui program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) telah banyak bekerja sama dengan beberapa kepala daerah, utamanya untuk berkontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan Pemkab Bondowoso, MM yang dipimpin oleh Prof. Indah Prihartini, telah berhasil mendampingi kelompok tani padi tradisional yang kini beralih ke pertanian organik. Hingga saat ini, ada lebih dari 164 hektar sawah yang telah bersertifikat pertanian organik.
Dengan Pemkab Jember, ada dua sektor yang dikembangkan, yakni mandiri pangan melalui program budidaya pertanian organik dan mandiri energi yang berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hal serupa juga sudah dilakukan di banyak daerah, baik kabupaten maupun kota.
Menurut dia, MM harus menjadi lembaga problem solver atas persoalan yang terjadi di masyarakat. Hal itu tak lepas dari realitas bahwa UMM merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem masyarakat.
“Fardlu ain hukumnya bagi UMM untuk memberikan solusi atas persoalan masyarakat. Tidak ada alasan bagi UMM untuk tidak berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Pada era yang serba cepat, dia mengingatkan, perlu kemampuan berpikir cepat dan bertindak antisipatif. Oleh karena itulah, UMM juga telah menjalankan program Center of Excellence (CoE) yang menjawab persoalan pengangguran di Indonesia.
CoE juga untuk menjawab sektor-sektor riil seperti pangan, energi, pendidikan, sosial dan lainnya. UMM juga memiliki program P3M yang terdiri dari para dosen dengan berbagai keahlian yang mumpuni. (K24)