Malang (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan penemuan xanthan gum dengan bahan baku dari limbah tapioka dan bulu ayam.
Xanthan gum biasanya digunakan sebagai bahan pengental makanan untuk saus dan es krim. Saat ini, xanthan gum terbuat dari hasil fermentasi xanthomonas campestris melalui proses kimia substrat sintesis nan mengandung karbon dan nitrogen.
Ketua Tim Xanthan Gum UMM, Salsabila Tazkiyatul Kamila di Malang, Jawa Timur, Kamis, mengatakan limbah tapioka digunakan untuk menggantikan peran menjadi sumber karbon pada xanthan gum. Sedangkan bulu ayam nan dihaluskan berkedudukan sebagai pengganti nitrogen.
Ia mengatakan memerlukan proses nan panjang untuk mendapatkan pepton bulu ayam nan diinginkan dalam penemuan ini. "Harus memperhatikan kebersihan dalam pembuatannya, mengingat makanan tersebut dikonsumsi oleh manusia. Oleh lantaran itu, bulu ayam dicuci hingga bersih dan dikeringkan dengan sempurna. Jika kandas bakal terbuang sia-sia,” ujarnya.
Salsa mengatakan proses ini memerlukan beberapa tahapan higienitas, di antaranya ukuran bulu ayam diperkecil setelah dibersihkan menggunakan desinfektan dan air mengalir. Selesai dari itu, bulu ayam dihidrolisis di dalam water bath laboratorium nan menggunakan NaOH untuk menetralkan PH nan dimiliki bulu ayam.
Kemudian, ditambahkan larutan NaCl agar menetralkan bahan nan dipakai. Dilanjutkan menggunakan vacuum pump untuk menghilangkan gas dan udara nan dimiliki, terakhir menghaluskan bulu ayam untuk mendapatkan serbuk pengganti nitrogen.
“Proses mendapatkan pepton nan diinginkan lumayan menyantap waktu, lantaran perlu memandang cuaca dan juga lamanya dalam proses di laboratorium," kata mahasiswa Prodi Teknik Pangan angkatan 2020 tersebut.
Tidak hanya itu, lanjutnya, juga diperlukan takaran limbah tapioka sebanyak 0,4 gram serta suhu 80 derajat Celsius dapat membangunkan kuman sebanyak 5 ml nan bakal digunakan dalam pembuatan penemuan ini. Paling tidak memerlukan 80 menit untuk pengeringan pertama.
Ia berambisi penemuannya ini bisa dilanjutkan ke tahap nan lebih serius seperti uji kelayakan. Apalagi, memandang kebenaran bahwa bahan nan mereka gunakan tidak pernah terpikirkan oleh peneliti lainnya.
“Tentu kudu ada uji kepantasan sebelum digunakan, sehingga penemuan ini tidak hanya bagus lantaran menggunakan limbah tapioka dan bulu ayam, tapi juga betul-betul berfaedah dan tidak membahayakan,” ujarnya.