Malang - Video tes kehamilan untuk siswi di salah satu kabupaten di Jawa Barat beberapa waktu lalu, viral. Hal itu memantik berbagai opini dan pandangan. Termasuk dari kacamata sosiologi yang disampaikan Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Luluk Dwi Kumalasari.
Menurut Luluk, meski pihak sekolah memiliki otoritas dalam kebijakan atas lingkungan sekolah yang dikelolanya. Namun, tidak menutup kemungkinan kebijakan yang dijalankan salah karena tidak mengacu pada aturan yang ada. Apalagi jika tanpa koordinasi yang jelas dengan pihak terkait.
"Maka perlu untuk menggandeng berbagai instansi agar proses penerapan kebijakan pada lingkungan sekolah tetap berada dalam koridor edukasi dan sosial terkait," kata Luluk mengenai isu sekolah yang mengadakan tes kehamilan pada siswinya, Jumat (31/1/2025).
Luluk juga menyayangkan adanya berbagai foto dan video yang telah tersebar dan viral di media sosial saat para siswinya sedang melakukan tes urine dengan headline tes kehamilan.
Luluk menilai, hal tersebut merugikan terutama bagi siswa perempuan dan memberi dampak psikologis yang panjang.
Terutama, jika tidak ada pernyataan sikap yang jelas dari pihak sekolah. Melihat, pada berbagai kasus yang ada termasuk pelecehan seksual.
Pihak perempuan banyak menjadi korban diskriminasi dan disalahkan dalam hal ini. Maka dari itu, Luluk berharap pihak sekolah bisa lebih berhati-hati dalam melihat, membaca, serta memahami kebijakan apa saja yang akan diterapkannya.
Jika memang pihak sekolah berdalih bahwasanya tes urine tersebut dilakukan dengan urgensi untuk pencegahan narkoba. Maka, sekolah tetap harus menggandeng dinas dan lembaga terkait yang berwenang.
"Sehingga proses penerapan kebijakan tersebut akan berjalan dengan baik dan tidak salah kaprah," imbuhnya.
Dalam hal ini, Luluk mengatakan, perlunya edukasi serta sosialisasi terkait persoalan reproduksi dan seksualitas dalam setiap jenjang sekolah.
Ini menjadi upaya agar kasus penyimpangan bisa dikurangi dan tidak terjadi lagi di lingkungan sekolah. Meski begitu, Luluk menyadari pengawasan pada anak di bawah umur tetap menjadi tanggung jawab utama pihak keluarga.
Namun, tidak menutup kemungkinan, sekolah dan juga masyarakat ikut terlibat menjadi pihak penting dalam pengawasannya.
"Memang sulit untuk selalu mengawasi anak setiap harinya, mengingat sekarang zaman sudah semakin maju dan orang tua tetap akan mudah kecolongan dalam pengawasannya," katanya.
"Maka dari itu, anak tetap selalu butuh pendampingan dan dipahamkan dengan baik terkait dampak dari perilaku menyimpang tersebut," sambungnya.
Terakhir, Luluk juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya dengan berbagai berita viral yang bersifat simpang siur.
Sebab, dengan menggali fakta yang ada di lapangan, masyarakat dapat lebih bijak dalam bersikap mengenai suatu isu yang beredar.
Simak Video "Video: Heboh Puluhan Siswi SMA di Cianjur Dites Kehamilan"