Jakarta- Identitas tiga anak buah Dr Azahari yang mengaku kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ternyata hanya akal-akalan saja. Dari hasil penelusuran PP Muhammadiyah, ketiganya tidak tercatat sebagai civitas akademika universitas terkemuka tersebut. Ketiga tersangka terorisme itu adalah Yahya Antonio yang mengaku asal Surabaya dan kuliah di jurusan Teknik Sipil, Budi Darmawan yang mengaku dari Bandung kuliah di jurusan Teknik Elektro, dan Teddy Surya yang mengaku kuliah di jurusan Teknik Sipil. Ketiganya mengaku sengaja mengontrak rumah di Jalan Flamboyan Raya II Blok A Nomor 7, Perumahan Flamboyan Indah, Batu, Malang, Jawa Timur, untuk menenangkan diri karena sedang menyusun skripsi. "Tidak benar. Dari hasil pengecekan ke Rektor UMM, ternyata orang-orang yang terlihat atau terkait dengan kelompok Azahari tidak benar mahasiswa atau civitas UMM," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Hotel Aryaduta, Jalan Prapatan, Jakarta, Kamis (10/11/2005). Kalau misalnya tetangga mereka melihat salah satu dari orang-orang Azahari itu memakai jaket UMM, Din mengaku bisa memahaminya, mengingat UMM adalah salah satu universitas terkemuka di Malang setelah Universitas Brawijaya. Din juga telah menguji langkah Polri atas apa yang dilakukan di Batu, Malang, dan ia berharap bahwa yang tewas betul-betul gembong teroris kakap tersebut. "Tapi kalau yang tewas bukan Azahari, kita kecolongan lagi, dan kita masih berharap cemas, karena salah satu tokoh utama terorisme di Asia Tenggara belum tertangkap," katanya. Azahari Bukan Dalang Secara pribadi, lanjut Din, ia berpendapat selama ini Azahari, Noordin Moh Top, dan tersangka teroris lain yang sudah ditangkap, bukanlah dalang utama dari aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia. "Saya merasa ada pihak tertentu di balik itu. Karenanya kita harus berpikir siapa yang mendapat untung dari aksi-aksi teror tersebut. Saya yakin ada pihak yang tidak ingin melihat Indonesia bangkit dan maju di masa yang akan datang," katanya. Menurut Din, yang harus diungkap kepolisian dan intelijen Indonesia adalah siapa sebenarnya Azahari, Noordin Moh Top, Hambali, dan Umar Al Farouq, karena semuanya adalah figur-figur yang misterius. Din juga mengimbau, setiap aksi yang terjadi jangan dikait-kaitkan dengan Islam, karena memang tidak ada kaitannya dengan Islam. "Ini kesalahan pemerintah, kesalahan AS juga bila mengaitkan aksi ini dengan Islam dengan menggunakan Jamaah Islamiyah," katanya. Karena itu, dengan kaburnya Al Farouq dan berita tewasnya Azahari, berarti seluruh masyarakat harus meningkatkan kewaspadaannya. "Sebelum terorisme hilang dari Indonesia, maka Polri belum berprestasi. Prestasi aparat penegak hukum dan keamanan baru akan terlihat apabila Indonesia aman dan tidak ada lagi kasus terorisme, pembunuhan dan pembantaian seperti yang ada di Poso," tutur Din. (umi/)