Muhammad Aminudin - detikNews
Foto: Budi Sugiharto
Surabaya - Densus 88 Antiteror menangkap Abdul Majid dan Isnaini Ramdhoni atau Dhoni. Keduanya disebut sebagai teroris jaringan Poso yang ingin menebar teror di Surabaya.
Namun, pengamat intelijen menganggap kedua orang yang ditangkap Densus 88 sebagai pelaku teror kelas teri.
"Sasarannya tidak spesifik alias ngawur. Dan juga bom hanya berdaya ledak rendah, jelas modalnya cupet. Bisa dikatakan mereka teroris kelas teri," kata pengamat inteljen dan militer Muhajir Effendi berbincang dengan detikcom, Rabu (22/1/2014).
Muhajir juga menilai Abdul Majid dan Isnaini Ramdhoni bukan jaringan utama terorisme yang pernah ada. Terbukti dari bahan peledak yang dirakit.
"Kalau saya mengatakan mereka modal cupet. Belum lagi, bukan merupakan sel utama jaringan terorisme yang pernah diungkap," jelas Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Dari informasi yang dihimpun dari kepolisian, kedua teroris ini sudah melakukan survei untuk menentukan 22 targetnya. Selain pos polisi, hiburan malam dan Dolly juga menjadi target mereka.
Ke-22 lokasi itu antara lain Atmosphere Spa di Jalan HR. Muhamad, Desperado di Hotel Shangri-La, Somerset Hotel, JW Marriot Hotel, Sheraton Hotel, Apartemen Beverly Hills, Apartemen Waterplace, Giant Supermarket Jalan HR. Muhammad, Station & Coyote di Tunjungan Plaza.
Selain itu, Kowloon Pub di Plaza Surabaya, Diskotek Kantor di kawasan Semut, tempat kebugaran 360 di Royal Plaza, M1 dan EXCUZE daerah Pakuwon City, Fabrica Spazio di daerah PTC, Penthouse di kawasan Raya Ngagel, Wisma Dharmala (Intiland) di Jalan Panglima Sudirman.
Abdul Majid dan Isnaini Ramdhoni atau Dhoni ditangkap Densus 88 di SPBU Kedung Cowek, Senin (20/1/2014) malam. Polisi juga menemukan dua bom pipa aktif di tempat tinggal Majid di Jalan Tanah Merah 4 gang Sayur 1 nomor 17, Surabaya.
