Yunan menjabarkan, berdasarkan teori pembangunan, keputusan Qatar menjadi host Piala Dunia menggunakan teori terbalik. Qatar membuktikan, jika dahulu negara besar dan dominan di perekonomian dunia seperti Amerika Serikat dan negara Eropa yang jadi tuan rumah, kini ada kecenderungan bahwa negara-negara yang tidak diperhitungkan bisa jadi pemain.
"Pada dasarnya, setiap negara yang menjadi tuan rumah dalam Piala dunia, akan mengalami pola yang sama dari sektor ekonomi. Di antaranya seperti peningkatan pendapatan di industri travelling baik dari transportasi maupun perhotelan. Pun dengan potensi terbukanya pasar baru di bidang merch atau brand global seperti Adidas, Nike, Puma, dan lainnya," jelas Yunan.
"Jika dilihat dari teori rasionalitas ekonomi, banyaknya dana yang dikeluarkan Qatar di Piala Dunia itu berdasarkan pada ego dan kepentingan. Dalam hal ini, Qatar sebagai pelaku ekonomi tidak hanya memiliki tujuan di aspek ekonomi saja, tapi juga beriringan dengan kepentingan-kepentingan lain seperti politik," imbuhnya.
Karena itu, menurutnya, menjadi tuan rumah Piala Dunia juga jadi cara bagi berbagai negara untuk membuktikan kekuatan, termasuk negara-negara yang sebelumnya tidak diperhitungkan.
Terlebih, ada berbagai negara besar yang gagal melaju ke putaran final Piala Dunia imbas kejutan dari negara yang tidak dikenal dengan tradisi sepak bolanya.
"Ini bisa menjadi peluang bagi mereka untuk menunjukkan bahwa setiap negara memiliki potensi dan aktor," pungkas Yunan.
Baca artikel detikedu, "Kucurkan Dana Terbesar dalam Sejarah, Ini Alasan Qatar Jadi Host Piala Dunia" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6423037/kucurkan-dana-terbesar-dalam-sejarah-ini-alasan-qatar-jadi-host-piala-dunia.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/