Elshinta.com - Ada yang beda pada peringatan Sumpah Pemuda ke-94 yang digelar di Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) yang dikemas dalam orasi kebangsaan.
“Orasi kebangsaan disampaikan Ketua Umum PP Muhammdiyah, Prof.Dr. Haedar Nashir dan dibuat beda dalam rangka menyongsong Muktamar Muhammadiyah & Aisiyah ke-48,” kata Rektor UMM Dr. Fauzan Mpd
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam sambutannya secara online mengingatkan Indonesia saat ini meniscayakan daya-rekat yang kuat untuk merajut persatuan.
Lebih lanjut, Haedar Nashir mengatakan bahwa di tubuh bangsa Indonesia saat ini muncul virus pembelahan yang mengarah pada perpecahan karena perbedaan pilihan politik yang kontradiktif. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan perbedaan pilihan politik. Sebaliknya, keberagaman politik pertanda hidupnya demokrasi dan kebhinnekaan dalam berbangsa dan bernegara.
“Perbedaan politik menjadi masalah jika disertai dengan sikap zero sum game atau pemutlakan menang-kalah. Sehingga lahir sikap politik yang keras dan ekstrem. Pemenang merasa digdaya, sementara yang kalah menyimpan dendam membara. Pada titik inilah politik menjadi virus pemecah dan bukan pemersatu bangsa,” ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, El Aris, Minggu (30/10).
Ia menjelaskan, jika persatuan Indonesia ingin tetap terajut di tengah segala dinamika kebangsaan, maka perlu adanya sikap moderat dan moderasi dalam bernegara. Bukan hanya oleh satu pihak saja, tapi juga oleh seluruh warga dan golongan. Politik harus menjadi pilar persatuan, bukan malah menjadi faktor pemecah belah.
“Soekarno dalam pidato 1 Juni 2045 menegaskan negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang atau golongan. Tetapi Indonesia adalah negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Maka bangunan Bhinneka Tunggal Ika harus kita rawat bersama. Bangunan dasar Indonesia harus dikonstruksi dengan jiwa dan pandangan yang moderat. Jauhi pandangan radikal ekstrem yang memecah. Pun dengan pemilu 2024 yang harus menjadi komitmen bersama menyatukan bangsa dan mengakhiri pembelahan politik kebangsaan,” ungkapnya.
Haedar juga mendorong generasi muda dan milenial untuk menjadi aktor persatuan dan kemajuan bangsa. Salah satunya melalui media sosial dan ruang publik yang digunakan sebagai arena persaudaraan sebangsa. Berupaya menumbuhkan pola pikir, sikap dan tindakan bahwa meskipun memiliki latar belakang berbeda namun bersaudara. Sehingga mampu hidup bersama secara harmoni, damai, toleran, dan berkemajuan.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. mengatakan, persatuan bangsa akan membawa indonesia menuju zaman keemasan di tahun 2045. Namun untuk mendapatkan hasil terbaik, perlu adanya usaha-usaha yang dikembangkan sejak dini. Harus ada reformasi mental di masyarakat seperti cara berpikir, bertutur kata yang baik, serta mengembangkan sifat inklusifitas.
"Melalui hari peringatan Sumpah Pemuda ini, kita harus mengembangkan sifat bertutur kata yang positif, produktif, dan berkemajuan. Hentikan pembicaraan negatif dan membawa perpecahan. Mari kita bersatu menuju Indonesia yang berkemajuan," ucapnya.