Wartawan Peliput Tragedi Kanjuruhan Dapat Layanan Trauma Healing

Author : Humas | Thursday, October 20, 2022 18:02 WIB | Halo Malang News -

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pelayanan psikososial berupa trauma healing kepada para wartawan atau jurnalis peliput tragedi Kanjuruhan/Dok. UMM.

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pelayanan psikososial berupa trauma healing kepada para wartawan atau jurnalis peliput tragedi Kanjuruhan/Dok. UMM.

HALLO MALANG - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022 lalu, masih menorehkan luka, tak hanya luka fisik tetapi juga luka batin. Luka itu tak hanya dirasakan oleh para korban maupun keluarga, namun juga para wartawan yang berada di lokasi.

Mereka telah melakukan liputan baik pra kejadian, saat kejadian berlangsung hingga pasca tragedi. Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan pelayanan psikososial berupa trauma healing kepada para wartawan atau jurnalis peliput tragedi Kanjuruhan.

Salah seorang relawan trauma healing, Ahmad Sulaiman, mengatakan, bahwa pos layanan psikososial UMM memberikan dua jenis pelayanan pada para korban, termasuk wartawan. Pelayanan pertama adalah Psychological First Aid (PFA) yang merupakan rangkaian tindakan penguatan mental.

Tahapan awal ini berguna untuk melihat kondisi terkini dari klien. Setelahnya, jika korban mengalami kondisi yang berat, maka akan dilakukan konseling bersama psikolong.

"Sejak dibuka pada Senin pekan lalu, tercatat sudah ada ratusan orang yang ke UMM dan 30 korban yang sudah kami kunjungi rumahnya. Banyak diantara mereka yang masih terkenang pengalaman menyakitkan di lokasi kejadian seperti korban yang bejatuhan, perasaan terhimpit, dan saat-saat dipukuli aparat," katanya.

Total ada 40 relawan dari mahasiswa dan 10 psikolog dari para alumni UMM. Para relawan juga turun ke rumah-rumah korban untuk melakukan pendampingan psikologis.

“Banyak korban yang mengalami trauma sehingga takut untuk keluar rumah. Biasanya mereka trauma ketika melihat warna biru yang merupakan lambang Arema dan juga ambulan. Hal tak jauh berbeda juga dirasakan para wartawan yang datang hari ini,” ujar dosen Fakultas Psikologi tersebut.

Mada, sapaan akrabnya mejelaskan bahwa kondisi-kondisi tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari para korban. Setelah meninjau kondisi korban, para relawan akan memberikan konseling dan treatmen sesuai dengan tingkat keparahan korban.

Konsultasi bahkan bisa dilakukan lebih dari tiga kali. Hal itu untuk memastikan para penyitas dapat beraktivitas secara normal kembali.

“Rencana awalnya program layanan ini akan kami lakukan sampai akhir bulan. Namun melihat kondisi beberapa korban, mungkin layanan ini akan di perpanjang dengan seleksi relawan yang lebih ketat. Harapan kami pos layanan psikososial ini dapat meringankan luka batin yang dialami para korban dan keluarga yang ditinggalkan,” ungkap Mada.

Di sisi lain, salah seorang korban yaitu wartawan dari RRI Malang, Feri Ardiansyah, menceritakan bahwa ia berada di tempat saat kericuhan terjadi. Awalnya ia dan teman-teman sedang menunggu konferensi pers usai pertandingan.

Namun selang beberapa menit stadion menjadi ricuh dan terjadilah tragedi tersebut. Pasca kejadian, Feri sapaannya mengatakan bahwa ia mengalami kelelahan fisik dan mental akibat kurangya waktu tidur.

“Saya tahu layanan ini dari teman-teman media lainnya dan disarankan untuk ke sini. Salah satu perubahan yang saya alami pasca tragedi Kanjuruhan adalah kesulitan untuk tidur. Biasanya saya bisa tidur di jam sembilan atau sepuluh malam, namun setelah tragedi itu saya baru bisa tidur jam dua pagi. Padahal saya harus bangun jam setengah lima pagi di tiap harinya,” katanya.

Harvested from: https://malang.hallo.id/malang-raya/pr-545265019/wartawan-peliput-tragedi-kanjuruhan-dapat-layanan-trauma-healing?page=2
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: