Antisipasi Krisis Peternak Muda

Author : Humas | Tuesday, September 06, 2022 08:50 WIB | Harian Bhirawa -

Oleh :
Harun Rasyid
Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan daging dalam negeri tentu menjadi hal yang urgen bagi pemerintah untuk terus memperhatikan tingkat pasokan daging. Bahkan, perlu terus menjadi upaya pemerintah agar tidak pernah berhenti, meskipun di tengah Covid-19 atau saat terjadi wabah PMK (penyakit mulut dan kuku). Salah satu, upaya yang penting mesti di kawal adalah mewujudkan peternak muda.
Melalui adanya regenerasi peternak, setidaknya jumlah peternak akan bertambah. Melalui, tulisan inilah penulis ingin berbagi gagasan agar negeri ini mampu menghadirkan atau mewujudkan peternak muda yang saat ini mulai minim jumlahnya, dengan harapan hadirnya petani muda mampu memenuhi kebutuhan daging, produk segar dan produk olahan ternak dalam negeri yang diperkirakan semakin meningkat.

Minimnya peternak muda

Mengantisipasi krisis pangan dan mewujudkan kedaulatan pangan nasional perlu dilakukan semua pemangku kepentingan termasuk peran pemuda atau milenial untuk ikut berkontribusi. Pasalnya, dalam mewujudkan ketahanan pangan sejatinya tidak luput dari stok pangan di Indonesia. Belajar dari negara Singapura misalnya. Negara Singapura ini punya stok pangan cukup, dari mana pun stoknya, beli dari manapun itu, itu bisa cukup, padahal Singapura negara yang tidak punya source pangan, tetapi stok pangannya selalu aman dan memenuhi tingkat permintaan masyarakatnya.

Persoalan berbeda dengan negeri ini, komoditas pangan saat ini masih sangat bergantung pada impor. Mulai dari, kedelai, bawang putih, daging dan gula. Sedangkan beras, jagung, telur ayam dan minyak goreng tingkat cadangan pangannya tergolong cukup, sehingga beberapa komoditas lainnya seperti daging perlu menjadi perhatian Pemerintah, yang kesemuannya demi meningkatkan kemampuan produksi secara mandiri.

Oleh sebab itu, beberapa tantangan pangan di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus. Mulai dari sisi kendala industri, seperti keterbatasan lahan, kemudian prediksi iklim dan persaingan industri. Lalu ada juga kendala dari sisi petani, peternak, dan nelayan, daya beli dan kemampuan investasi yang terbatas, metode yang tradisional karena minimnya akses teknologi termasuk minimnya generasi penerus untuk turut serta membenahi pangan, oleh karenanya butuh generasi anak muda dan milenial untuk bersama-sama berkontribusi untuk ketahanan pangan Indonesia.

Anak-anak Muda Milenial dapat bergabung menjadi pelaku usaha pertanian supaya dapat menyokong industri pertanian Indonesia, termasuk kebutuhan akan terpenuhinya kebutuhan ternak dalam negeri. Tujuannya, agar populasi ternak Indonesia semakin bertambah, sebagai salah satu program bantuan usaha ternak. Sementara itu, dari sisi petani, peternak, dan nelayan juga perlu terperhatikan. Pasalnya jika terperhatikan selama ini peternak mengalami keterbatasan karena kemampuan permodalan yang minim. Selain itu, metode yang tradisional akibat minimnya akses teknologi juga menghambat kemajuan pertanian dalam negeri.

Realitas itu, mestinya tidak terjadi di negeri ini, pasalnya Indonesia sejatinya memiliki potensi luar bisa di bidang usaha peternakan ke depan. Untuk itu, kedepannya ada baiknya pemerintah perlu membidik para anak-anak muda untuk mau menjadi peternak. Pasalnya, untuk mewujudkan semua itu negeri ini membutukan dukungan generasi muda dan milenial yang lebih mampu berinovasi untuk bersama-sama berkontribusi untuk ketahanan pangan Indonesia.

Solusi wujudkan peternak muda
Di tengah meningkatnya kebutuhan daging dalam negeri, maka satu hal yang tidak bisa dipungkiri yakni kehadiran dan keterlibatan peternak menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Terutama, pelibatan generasi muda, sebab tidak banyaknya kalangan muda yang tertarik menggeluti usaha peternakan jika terbiarkan akan menjadi ancaman tersediri bagi negeri ini dalam menyuplai atau menyediankan kebutuhan daging.

Terlebih, merujuk data dari Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) ternyatakan bahwa Indonesia membutuhkan regenerasi peternak untuk memastikan kebutuhan daging di dalam negeri terpenuhi, mengingat saat ini peternak sapi mayoritas berusia di atas 50 tahun. Itu artinya, potret peternak muda Indonesia mengalami degradasi, jika terabaikan Indonesia akan mengalami krisis peternak muda. Ini yang perlu menjadi perhatian kita semua. Terlebih, dari data PPSKI sekitar 56 persen peternak Indonesia umurnya sudah di atas 50 tahun.

Penurunan jumlah peternak tersebut, bisa terjadi karena beberapa faktor. Faktor pertama bisa karena minimnya minat generasi muda menjadi peternak. Kedua, minimnya inovasi teknologi di tingkat peternak dan adopsi teknologi dari pihak lain. Ketiga, karena minimnya orang tua yang menularkan pengetahuannya kepada generasi penerusnya sejak dini. Keempat, lebih disebabkan karena minimnya peternak yang mengoptimalkan akses informasi secara virtual untuk akses informasi tentang teknis budidaya ternak. Kelima, minimnya program pendukung bagi generasi muda yang berminat terjun ke usaha ternak, seperti sesi berbagi pengalaman kepada calon peternak, memberikan pelatihan, serta membuka magang di perusahaan ternak.

Melalui kelima upaya solusi dalam mewujudkan perternak muda itulah perlu dijadikan sebagai langkah alternatif guna mengatasi krisis generasi peternak Tanah Air. Selain itu, perlu menjadi kesadaran bersama bahwa guna mengatasi krisis pangan perlu dukungan semua pihak, termasuk peran generasi muda di Indonesia. Pasalnya, tantangan pangan di Indonesia cukup kompleks seperti keterbatasan lahan, krisis iklim, hingga persaingan yang semakin ketat.

Oleh sebab itu, agar regenerasi peternak negeri ini bisa terwujud, pemerintah mestinya membuka beberapa program pendukung bagi generasi muda yang berminat terjun ke usaha ternak, seperti sesi berbagi pengalaman kepada calon peternak, memberikan pelatihan, serta membuka magang di perusahaan ternak. Upaya tersebut, mestinya jangan pernah berhenti, meskipun di tengah Covid-19 atau saat terjadi wabah PMK (penyakit mulut dan kuku). Sehingga, untuk saat ini sudah semestinya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, mampu menyiapkan bibit-bibit ternak untuk dibagikan kepada para peternak muda mandiri dengan harapan mereka mampu mengkembangbiakkan. Sekaligus, mampu mewujudkan regenerasi perternak guna menjawab minimnya peternak muda.

Harvested from: https://www.harianbhirawa.co.id/antisipasi-krisis-peternak-muda/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: