JurnalPost.com – Jiwa patriotik atau sikap patriotisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya, atau dapat didefinisikan sebagai semangat cinta tanah air. Dalam penjelasan lain, Patriotisme didefinisikan juga sebagai upaya menjaga kemerdekaan dengan segala cara, termasuk dengan mengorbankan jiwa dan raga. Hal itu disampaikan oleh Irjen. Pol. dr. Budiyono, M.A.R.S. beliau merupakan seorang Purnawirawan Polri yang terakhir menjabat sebagai Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia pada tahun 2020.
Jika kita menelaah sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, tentunya jiwa patriotik dimiliki oleh setiap individu, baik para pahlawan, kyai, pejuang, santri, maupun individu yang lain. Bagaimana perjuangan melawan koloni asing, kecintaan pada tanah air dengan segala pengorbanannya, Hasrat mencapai kemerdekaan demi masa depan bangsa dan negara, pada akhirnya kemerdekaan itu divalidasi pada 17 Agustus 1945, bertepatan dengan umat muslim yang menjalankan ibadah puasa.
Apabila kita implementasikan nilai-nilai patriotisme dalam kehidupan sehari-hari, hal yang menjadi sorotan dari definisi diatas adalah kecintaan dan pengorbanan. Jika kita kaitkan dengan bulan Ramadhan, tentu hal tersebut relevan dan sesuai dengan apa yang kita hadapi saat ini. Ujian, cobaan, halangan, atau apapun itu di bulan Ramadhan menjadi hal yang istimewa jika kita mampu melewati seluruhnya. Perlu adanya rasa cinta dan pengorbanan untuk menghadapi bulan Ramadhan. Tidak mungkin kita beriman dan kita menaati apa yang Allah perintahkan, tetapi dibiarkan begitu saja, pasti ada ujian dan cobaan untuk menaikkan derajat kita sebagai pribadi muslim.
Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 2 yang artinya “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?.” Semakin banyak ujian dan cobaan yang kita hadapi sebagai pribadi muslim, maka disitulah bentuk kecintaan Allah terhadap hambaNya yang beriman dan taat kepadaNya. Juga merupakan washilah untuk menaikkan derajat kita. Akan tetapi, ujian yang Allah berikan pasti sesuai kadar dan kemampuan kita, seperti firmanNya dalam potongan ayat surah Al-Baqoroh ayat 286 yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Fenomena di setiap Ramadhan yang menjadi sorotan dan sangat disayangkan adalah seseorang yang tidak melaksanakan puasa tanpa adanya udzur syar’i. padahal telah jelas termaktub dalam Al-Qur’an terkait pensyariatan dan kewajiban puasa, di surah Al-Baqoroh ayat 183 yang memiliki arti “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Kejadian tersebut selalu ada di setiap momen Ramadhan dan tidak sedikit oknum yang melakukannya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Jika kita kaitkan dengan semangat patriotik, fenomena ini terjadi karena kurangnya kecintaan kepada apa yang telah disyariatkan, dan kurangnya pengorbanan serta effort untuk memperoleh Ramadhan yang sempurna.
Bagi orang yang memiliki kecintaan juga ketaatan kepada Allah, bulan Ramadhan menjadi hal yang istimewa dan luar biasa. Momen Ramadhan adalah hal yang sangat dirindukan dan ditakutkan. Dirindukan karena ingin dipertemukan dengan Ramadhan setelahnya, dalam rangka melaksanakan amal sholih untuk investasi akhirat. Ditakutkan jika Ramadhan setelahnya tidak bisa dijumpai dan dirasakan atau bisa diartikan telah dipanggil Sang Pencipta. Rasa cinta terhadap syariat dan perintah Allah ini perlu ditumbuhkan dalam diri kita. Terkhusus di bulan Ramadhan, jika kita mencintai setiap ibadah dan senang hati menjalaninya, segalanya akan terasa lebih bermakna. Setiap puasa, sholat tarawih, tadarus Al-Qur’an, qiyamul lail, I’tikaf, dan ibadah lainnya akan terasa nikmat dilakukan.
Selain implementasi kecintaan berdasarkan patriotisme, hal yang perlu diterapkan juga adalah pengorbanan. Banyak sekali bentuk pengorbanan yang bisa dilakukan ketika bulan Ramadhan. Diantaranya adalah berkorban untuk selalu menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan, tidak seperti fenomena yang tersampaikan diatas. Juga pengorbanan secara internal, yaitu menahan diri dari segala bentuk ujian, cobaan, maupun godaan dalam diri seperti hawa nafsu, Hasrat, dan syahwat. Selain itu perlu disupport dengan pengorbanan eksternal. Ujaran kesesatan yang disampaikan orang lain untuk tidak berpuasa, tidak melaksanakan tarawih, maupun yang lain harus kita abaikan, bahkan kita harus mengajak orang tersebut untuk Kembali ke jalan yang benar.
Saya selaku pribadi muslim, mengajak para pembaca untuk senantiasa taat kepada Allah SWT. Juga mengimplementasikan jiwa patriotik dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus bulan Ramadhan kali ini. Dasar dari jiwa patriotik yaitu kecintaan dan rela berkorban harus kita tanamkan dan terapkan. Semoga momen Ramadhan kali ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan yang akan datang sebagai sarana investasi amal sholih, dan menjadi sebaik-baik pribadi muslim.