Melimpahnya Fresh Graduate yang Menganggur

Author : Humas | Monday, January 09, 2023 08:34 WIB | Jurnal Post -

Fresh Graduate

Disusun oleh: Mohammad Faiz Albar, Universitas Muhammadiyah Malang

Pendahuluan

Mahasiswa merupakan suatu golongan intelektual yang memiliki dua ciri terlihat, yaitu sebagai seorang pemuda dan juga calon yang berintelektual (Prihastuti & Rahmawati, 2012). Sebagai seorang mahasiswa harus mempunyai sebuah bayangan tentang dunia pekerjaan. Mereka juga berbeda di institusi mana mereka ingin bekerja, atau keinginan mereka untuk menjadi lebih sukses pada masa yang akan tiba serta tak menjadi seorang pengangguran. Menjadi mahasiswa yang millenial wajib bisa memanfaatkan sebuah teknologi menjadi arena ilmu pengetahuan dan dipersiapkan menjadi manusia yang berkemampuan tinggi untuk dunia kerja. Hal tersebut dapat diperkuat dengan peran para pemuda menjadi agen perubahan bangsa ini yang sangat menempel di diri para pemuda, yang siap menembus sebuah dunia pekerjaan. Menurut statistik Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah 134,92 juta perempuan dan diperkirakan 136,14 juta laki-laki. Berdasarkan komposisi tahunan, 26,3% dari 4.444 penduduk berusia 0-14 tahun, 67,7% penduduk berusia 15-64 tahun, dan 6,2% penduduk Rusia berusia 65 tahun ke atas (TIM BPS, 2018). Orang berusia 15 hingga 64 tahun termasuk dalam populasi pekerja, termasuk pelajar pencari kerja.

Satu hal yang harus dilakukan oleh generasi cerdas adalah memastikan bahwa mendapatkan pekerjaan, bahkan menciptakan lapangan kerja, untuk mengurangi pengangguran. Ada keunggulan di sini yang perlu ditekankan. Sebelum memutuskan karir, seseorang harus terlebih dahulu membuat rencana karir. Orang dikatakan memiliki rencana karir jika telah mempunyai keterampilan dan paham mengenai pribadinya sendiri serta sebuah karir yang diimpi-impikan. Seperti pada pernyataan yang menjelaskan bahwa perspektif yang paling penting dalam sebuah kehidupan manusia yaitu disaat manusia tersebut memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Mastur, 2014). Tetapi, nyatanya para fresh graduate yang belum memperoleh pekerjaan tidak merasakan cemas ketika dalam situasi menganggur, namun perasaan cemas para fresh graduate akan timbul disaat mereka mulai mencari dan melamar pekerjaan.

Ketakutan muncul karena keyakinan irasional yang memengaruhi pola berfikir, perasaan emosi, dan juga kepribadian siswa. Faktor lain yang mempengaruhi rasa takut, faktor fisik, trauma dan konflik, keadaan, genetik serta tempat awal yang kurang baik. Hal ini pula sesuai dengan sebuah pernyataan bahwa perasaan cemas mahasiswa lulusan baru saat mencari pekerjaan adalah merasa terbebani, kecemasan yang meningkat, ketakutan dan gangguan harga diri bahkan kesehatan fisik. Salah satu faktor yang membuat takut wawancara kerja adalah kurangnya soft skill lulusan muda, baik itu berbicara di depan umum, kerjasama, kurangnya pengalaman organisasi dan ketakutan untuk memulai sesuatu. Berbicara di depan umum, kemampuan berkolaborasi, kurangnya pengalaman berorganisasi, dan takut memulai sesuatu. Ketika menghadapi keadaan yang sama, pola pikir yang memepercayai bahwa kegagalan akan terjadi kembali menjadikan khawatir para fresh graduate saat menghadapi wawancara kerja.

Perasaan cemas selama proses wawancara pekerjaan menunjukkan adanya perasaan tidak mempunyai kemampuan, berfikir bahwa saingannya lebih baik dibandingkan dengan dirinya sendiri, berfikir jika gagal akan selalu membututi, dan juga merasa cemas dan khawatri jika tidak lulus dalam proses wawancara dan tidak mendapatkan pekerjaan (Hadi & Zubaidah, 2015). Kecemasan di diri mahasiswa fresh graduate mengarah pada tingkah laku yang negatif, yakni mereka tidak akan mau menghadapi keadaan dimana mereka tidak lulus dalam proses memasuki pekerjaan. Perilaku tersebut akan mengahalaingi diri mereka sendiri untuk mendapatkan pekerjaan (Mu’arif, 2005).
Pembahasan

Pengertian

Dari membaca literatur/sumber yang berbeda dapat dimengerti bahwa mahasiswa fresh graduate lebih cemas disaat mereka mencoba melamar kerja, dan juga tahap wawancara dibandingkan menjadi pengangguran. Alasan mahasiswa lulusan baru yang menjadi pengangguran bukanlah IPK (Indesk Prestasi Kumulatif) tinggi atau rendah yang diperoleh melalui perkuliahan, tidak termasuk soft skill yang lemah atau keterampilan ekstrakulikular Universitas (Nur Isnaini, 2015).

Kecemasan

Selain itu, mahasiswa yang baru lulus biasanya tidak tahu harus berbuat apa setelah lulus. Kondisi ini menimbulkan perasaan cemas pada mahasiswa fresh graduate. Menurut penelitian yang lainnya, ada lebih banyak fresh graduate yang menganggur daripada alumni siswa SMK/SMA yang menjadi pengangguran. Maknanya, lebih banyak tamatan SMK/SMA yang diterima di sebuah perusahaan dibandingkan dengan fresh graduate. Tamatan SMK dipilih karena biasanya memiliki pengetahuan yang baik di bidangnya. Hasilnya, mayoritas perusahaan Indonesia tidak membutuhkan pekerja yang terlalu cerdas tetapi kurang memiliki keterampilan khusus. Karyawan yang terlalu cerdas dianggap menuntut, terutama dalam hal gaji, yang telah menjadi bahan pemikiran sebuah perusahaan berulang kali berdasarkan sebuah penelitian (Alam, 2016). Tamatan SMK/SMA dipilih karena biasanya berkualifikasi baik di bidang yang diajarkan di sekolah, dan juga banyak sekolah kejuruan yang berkonsentrasi dalam pekerjaan praktis daripada teori. Pada saat yang sama, siswa mempelajari lebih banyak teori. Jadi, untuk mengurangi kecemasan selama fase wawancara, mahasiswa fresh graduate harus memiliki keahlian khusus yang akan mendukung karir mereka di masa depan. Kemampuan ini dapat dicapai diberbagai kegiatan pendidikan yang informasinya dapat dicari pada media massa. Selain itu, pemaparan teori selama proses perkuliahan memiliki efek yang sangat kecil terhadap mahasiswa disaat mencari pekerjaan (Prasetyo, 2013). Hal lainnya yang berpengaruh terhadap perasaan cemas saat mencari kerja yaitu support keluarga dan melimpahnya pesaing yang mencari pekerjaan (Mustikasari, 2018). Keluarga memegang peranan penting saat proses karir individu seorang mahasiswa fresh graduate. Dukungan dan antusiasme yang diberikan keluarga kepada para pencari pekerjaan sangat memengaruhi keyakinan mereka. Walaupun pada saat melamar pekerjaan pasti banyak pesaingnya, namun mendapat dukungan dari orang-orang terdekat saat mencari pekerjaan menimbulkan rasa perjuangan dalam diri individu tersebut.

Solusi

Keluarga pula mempunyai peran yang sangat krusial pada peningkatan dan pengembangan karir para fresh graduate. Dukungan dan semangat keluarga terhadap para pencari kerja mempengaruhi keyakinan seseorang. Meskipun pesaing saat melamar pekerjaan bisa dibilang cukup banyak, tetapi support (dukungan) dari orang-orang terdekat dapat membangkitkan rasa perjuangan didalam diri seseorang saat mencari pekerjaan.

Penutup

Dari berbagai sumber yang disebutkan di atas, para mahasiswa tersebut merupakan fresh graduate cenderung lebih cemas mencari pekerjaan daripada harus menjadi pengangguran. Hal tersebut disebabkan banyak faktor diantaranya kurangnya soft skill, kurangnya pengetahuan tentang dunia pekerjaan, dan juga kurang percaya diri dengan kemampuan sendiri. Soft skill yang harus dimiliki fresh graduate selama berada di perkuliahan yaitu termasuk menguasai sistem perkomputeran, Bahasa Inggris, pelatihan enterpreneurship, leadership dan ketenagakerjaan.

Harvested from: jurnalpost.com/melimpahnya-fresh-graduate-yang-menganggur/42088/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: