Mengangkat Kembali Eksistensi Budaya Topeng Malangan

Author : Humas | Monday, July 17, 2023 08:27 WIB | Jurnal Post -

Foto antusias mahasiswa terhadap kebudayaan malangan, Kedungmonggo, Pakisaji, Kabupaten Malang (10/06/2023)

JurnalPost.com, Malang – Padepokan Seni Tari Asmorobangun bersama Tim WIB (Waktu Indonesia Berkarya), Mahasiswa Ilmu Komunikasi menggelar campaign di Media Sosial untuk mengangkat kembali eksistensi budaya topeng yang mulai pudar di kalangan Generasi Z. Campaign tersebut merupakan bentuk edukasi secara tertulis sebagai langkah familiarisasi budaya dikalangan anak muda secara lebih luas.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No. 114 Tahun 2022 tentang strategi kebudayaan untuk melakukan pemajuan kebudayaan yang tidak hanya dilakukan untuk pemerintah pusat maupun daerah namun setiap warga negara. Oleh karena itu tim WIB mengambil langkah inisiatif dengan melakukan campaign #sadarsedaribudaya.

Bentuk-bentuk campaign yang dilakukan tidak hanya sebatas teks tertulis saja namun berupa, CTA(call to action) dengan tayangan video profile tari topeng malangan dan asmorobangun sebagai pusat edukasi Topeng Malangan masa kini. “ Adanya campaign kebudayaan di media sosial ini saya harap generasi muda dapat mengetahui dan turut aksi dalam pelestarian topeng malangan” tutur Handoyo saat diwawancarai oleh Tim WIB.

Adanya efek domino dan fakta-fakta baru mengenai turunya eksistensi topeng malangan semenjak pandemi kemarin sehingga membuat 30% sanggar seni tari topeng malangan tutup, vakum hingga gulung tikar. Situasi ini bermula dari krisis identitas yang sering disamakan dengan topeng jogja, serta kurang maksimalnya ruang ekspresi dan interaksi budaya topeng malangan dengan hanya mengandalkan ruang mekanisme formal (museum dan taman krida budaya) sehingga mengakibatkan berkurangnya 50% – 75% proses kegiatan edukasi kebudayaan topeng malangan.

Tentu adanya krisis ini, perlu adanya aktivasi kembali mengenai edukasi-edukasi dan kegiatan yang dapat menunjang pelestaran topeng malangan, “Edukasi kebudayaan akan berlanjut dan terus berlanjut dimanapun tempatnya. Saatnya era baru ya di media sosial tentunya” Tutur Ramadhan satu personil WIB team.

“Kami berharap semoga Topeng Malangan dan Asmorobangun dapat mendunia dan tetap lestari sehingga generasi mendatang dapat merasakan indahnya warisan budaya dan keragamannya” tutupnya.

Asmorobangun merupakan padepokan Seni Topeng Malangan pertama yang melakukan gebrakan baru untuk seni topeng malangan ini agar lebih relate dan mengikuti perkembangan zaman. Modifkasi-Modifikasi yang dialkukan namun tidak kaku dengan pakem atau aturan yang ada membuat karya seni topeng dari Asmorobangun terlihat lebih orisinil dibandingkan dengan topeng malangan pada umumnya.

Foto karakter topeng malangan gunung sari, Kedungmonggo, Pakisaji, Kabupaten Malang (10/06/2023)

Modifikasi- modifikasi tersebut terdapat dalam ukiran yang dibuat dan bentuk topeng itu sendiri. Ukiran yang dihasilkan di Padepokan Seni Tari Asmorobangun jika dilihat secara lebih seksama terlihat lebih detail, halus dan lebih realistik karena setiap bagian-bagianya misalkan di rambut topeng juga ikut diukir, jika topeng malangan yang dulunya hanya diberikan cat dan tidak diamplas.

Selain itu, dalam proses pengerjaanya topeng yang digunakan untuk tarian merupakan kayu pilihan dan tidak dari sembarang pohon diambil kayunya. Hanya dari pohon yang sudah berusia cukup tua dan dari dahan atau ranting yang sudah jatuh saja yang digunakan membuat topeng ini. Biasanya dari pohon beringin yang keras untuk menghindari kerusakan dan agar lebih awet. Karena tekstur yang keras ini maka pengerjaanya topeng tarian ini membutuhkan waktu yang sangat lama.

“Biasanya untuk konsumsi publik kami membuat dari bahan-bahan yang mudah dijumpai saja dari pengempul kayu. Kayu yang kami pilih adalah kayu produksi Sengon” Ucap Tri Handoyo seniman topeng malangan. Dipilih kayu Sengon karena kayu ini merupakan kayu yang bertekstur lunak sehingga mudah untuk dibentuk dan diukir. Untuk kayu jenis ini biasanya membutuhkan 3-4 hari dalam 1 topengnya.

antusias mahasiswa

Foto pembuatan topeng malangan, Kedungmonggo, Pakisaji, Kabupaten Malang (10/06/2023)

Proses Panjang mulai dari cuting kayu yang masih dalam bentuk balok-balok kayu gelondongan kemudian dibelah 2 dan Dicuting sesuai dengan diameter 1 wajah topeng. kemudian kayu dikikir perlahan-lahan, sedikit demi sedikit agar mendapatkan hasil yang presisi dan halus. Setelah itu masuk kedalam fase pemahatan, topeng tadi akan digambar sesuai pola menggunakan pena dan di ukir.

Tidak sampai disitu saja, topeng akan memasuki tahap pengamplasan yang pertama untuk mengurangi tekstur kasarnya. Topeng akan dicat dengan warna dasar putih dan diamplas lagi untuk membuat tekstur lebih halus. Barulah topeng yang seperti ini akan memasuki tahap pewarnaan. Topeng akan diwarnai sesuai dengan tone warna karakternya. Tahap ini belum selesai masih ada 1 tahap lagi yaitu tahap isiian.

Tahap isiian ini adalah tahap mengisi ukiran dengan detail pena di dalamnya. Hal ini dilakukan unutk menjaga konsistensi detail dalam setiap goresan karya tangan sang seniman sebagai ciri khas dari Padepokan Seni Tari Asmorobangun.

Padepokan Seni Topeng Malangan Asmorobangun Malang sendiri merupakan sanggar yang mempraktekkan seni dan budaya tradisional Malang. Sanggar Asmorobangun didirikan khusus untuk melestarikan Tari Topeng Malangan. Terletak di Dusun Kedungmonggo, Pakisaji, Kabupaten Malang, Asmorobangun sudah ada sejak tahun 1900 atau 123 tahun. Dengan menjaga kualitas produknya, Asmorobangun dapat bersaing dengan kompetitornya dan tetap tampil menonjol di kalangan pecinta seni. Selain itu, program pelestarian budaya digital ini tidak dapat berjalan tanpa dukungan bersama warga dan masyarakat sekitar Malang Raya. Dengan sinergi dukungan masyarakat, kami memastikan bahwa acara tersebut memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang dapat dicapai.

Press Release: Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang

News Editor:Fatimah Resky

Harvested from: jurnalpost.com/mengangkat-kembali-eksistensi-budaya-topeng-malangan/56154/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: