KLIKMU.CO – Kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melaksanakan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Kegiatan yang berlangsung pada 21 Januari hingga 3 Februari ini difokuskan pada pelatihan manajemen organisasi bagi santri, mencakup materi administrasi, manajemen keuangan, dan kehumasan.
Tujuannya adalah meningkatkan keterampilan santri dalam mengelola organisasi intra-pesantren.
Meningkatkan Kompetensi Santri dalam Organisasi
Pelatihan ini diadakan sebagai respons terhadap berbagai tantangan yang dihadapi santri dalam mengelola organisasi di pesantren. Beberapa kendala yang ditemukan di antaranya adalah tata kelola administrasi yang belum rapi, keterbatasan sumber pendanaan, serta kurangnya strategi branding dalam organisasi pesantren.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UMM berharap dapat membekali santri dengan soft skill yang berguna untuk masa depan.
Setiap sesi pelatihan disampaikan oleh anggota kelompok PMM dengan pembagian materi yang jelas. Isa membawakan materi administrasi, Arif mengajarkan manajemen keuangan, dan Habib Karim menyampaikan strategi kehumasan.
Metode pembelajaran yang diterapkan meliputi ceramah interaktif, diskusi kelompok, studi kasus, serta praktik langsung. Sementara itu, Azka turut mengisi sesi ice breaking sebelum dan sesudah materi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih santai dan menyenangkan.
Apresiasi dan Harapan dari Berbagai Pihak
Dosen pembimbing lapangan I’antut Thoifah menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan aktualisasi ilmu yang telah diperoleh mahasiswa selama perkuliahan.
“Di semester 5, mahasiswa mendapatkan mata kuliah desain pelatihan yang sangat menunjang kegiatan PMM ini,” ujarnya.
Menurutnya, selain bermanfaat bagi santri, program ini juga menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori ke dalam praktik nyata.
Sementara itu, Azizi, pimpinan Pondok Pesantren Darul Muttaqin, mengapresiasi kegiatan ini sebagai wujud sinergi antara civitas akademika dan masyarakat.
“Pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas santri dalam mengelola organisasi. Ke depan, kegiatan semacam ini harus terus berlanjut dan ditingkatkan,” ungkapnya.
Ia berharap kolaborasi antara perguruan tinggi dan pesantren tidak hanya terbatas pada program PMM, tetapi juga mencakup berbagai bentuk kerja sama lainnya.
Seorang santri peserta pelatihan, Muflih, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat membantunya dalam memahami manajemen organisasi.
“Selama ini, kami lebih banyak belajar ilmu agama. Padahal, keterampilan manajerial juga penting untuk mengembangkan kreativitas di pondok,” katanya.
Menurutnya, pelatihan ini memberikan wawasan baru yang bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren.
Integrasi Keterampilan Abad 21 dan Tantangan di Lapangan
Koordinator kelompok PMM, Jiddan, menjelaskan bahwa pelatihan ini mengintegrasikan keterampilan abad ke-21, yaitu 4C (critical thinking, creativity, communication, collaboration, dan character).
“Kami ingin santri tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengakui adanya beberapa tantangan selama pelaksanaan, seperti pentingnya asesmen awal untuk menyesuaikan materi dengan kebutuhan santri serta kondisi di lapangan.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya berakhir setelah program PMM selesai, tetapi dapat terus memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi para santri. Dengan adanya pelatihan ini, santri Pondok Pesantren Darul Muttaqin diharapkan semakin siap menghadapi tantangan, baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat luas.
Keberhasilan program ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan lembaga pendidikan keagamaan dapat memberikan manfaat yang signifikan, tidak hanya bagi mahasiswa dan santri, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
(Isa Almasih Putra Muhammadiyah/AS)