Malang, KLIKMU.CO – Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2022, Pusat Studi Pengembangan & Kebijakan Pendidikan (PSPKP) FKIP UMM melaksanakan Webinar Series rutin dengan tema “Guru Penggerak: Peluang dan Tantangan untuk Indonesia Emas”.
Peserta umumnya adalah para guru dari seluruh Indonesia mulai jenjang SD-SMA. Dosen dari berbagai perguruan tinggi juga berkumpul untuk mendiskusikan tentang program guru penggerak ini.
Ketua PSPKP-FKIPUMM Dr Hartono mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu guru, pemerintah telah menyelenggarakan program pendidikan guru penggerak. Program ini diharapkan mampu menciptakan guru penggerak yang berkualitas.
Selanjutnya, Dr Hartono menjelaskan bahwa guru penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Selain itu, menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
“Guru penggerak juga mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah,” ujarnya.
Webinar kali ini mendiskusikan peluang dan tantangan program pendidikan guru penggerak yang dikaji dan dibahas baik secara konseptual/teoretis maupun empiris untuk memetakan secara tepat berbagai permasalahan dan sekaligus menawarkan solusi alternatifnya.
Pemateri pertama merupakan pengamat dan ahli pendidikan Dr Nurul Zuriah MPd. Dosen PPKn FKIP UMM itu mengungkapkan bahwa program guru penggerak ini masih dalam batas antara cita dan realitas. Pemerintah mencanangkan sekitar 4.500 guru penggerak nantinya.
“Namun, secara realitas hal ini malah menjadi gap dengan para guru lain di luar guru penggerak. Padahal, menurut Ki Hadjar Dewantara tidak boleh ada disparitas dan eksklusivitas sehingga disimpulkan bahwa dalam dimensi Cita Pendidikan PGP memiliki nilai plus secara konseptual/teoritis, namun beberapa nilai minus pada tataran realitas/praktis,” paparnya.
Pemateri kedua adalah seorang guru penggerak, yaitu Wahyudi Hidayat SPd Gr. Guru penggerak Kabupaten Lumajang sekaligus alumnus PPG FKIP UMM.
Menurutnya, dalam proses pendidikan guru penggerak berlangsung, tentunya terdapat beberapa tantangan yang dihadapi semua CGP.
Di antaranya, membagi waktu antara tugas utama sebagai pengajar di sekolah dan tugas sebagai peserta pendidikan guru penggerak.
Kemudian berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam melaksanakan berbagai tugas (praktik supervisi akademik, praktik teknik coaching serta membentuk komunitas praktis).
Berkolaborasi dengan siswa dalam menerapkan materi yang telah dipelajari (pembelajaran berdiferensiasi dan praktik restitusi).
Terakhir, membuat program guru penggerak yang mendukung visi dan misi sekolah serta mengajak warga sekolah berdiskusi terkait program yang telah dibuat.
Ia menjelaskan pula bahwa peluang dari guru penggerak adalah dapat mengembangkan kompetensi dalam berbagai pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini.
“Guru juga dapat meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid. Selain itu, mereka dapat bergabung dengan komunitas belajar baru dan membentuk komunitas belajar,” ujarnya.
Diskusi dengan para pengamat pendidikan pada sesi QnA juga mengerucutkan bahwa program guru penggerak ini perlu didukung untuk lebih besar implementasinya sehingga dampaknya juga akan dirasakan banyak guru dan siswa. Dengan begitu, tidak ada gap eksklusivitas dalam pendidikan di Indonesia. (AS)