tangkapan layar cuplikan video pembuatan nasi minyak yang beredar di media sosial pada Senin (16/1/2023).(twitter)
Penulis Albertus Adit | Editor Albertus Adit
KOMPAS.com - Belum lama ini, nasi minyak tengah trending topic di media sosial Twitter. Makanan itu ramai diperbincangkan karena dapat menggugah selera.
Sebab, hidangan seperti ayam, jeroan atau bebek yang digoreng dalam minyak panas berwarna hitam. Bahkan, sambalnya juga diguyur dengan minyak jelantah atau minyak bekas untuk menggoreng lauk tersebut.
Terkait hal itu, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dr. Probo Yudha Pratama Putra memberikan pandangannya.
Menurut dia, penggunaan minyak jelantah dalam waktu tertentu pada makanan akan berdampak pada kesehatan. Hal itu diakibatkan oleh deposisi sel lemak yang terjadi di usus halus, pembuluh darah, jantung, dan liver.
Adapun penyakit yang pertama muncul akibat mengonsumsi minyak jelantah disebut dislipidemia atau bahasa awamnya kolesterol.
Mengonsumsi makanan yang dimasak dengan minyak jelantah akan meningkatkan lemak jenuh atau jahat yang sulit dimetabolisme oleh tubuh.
"Selanjutnya dislipidemia ini dapat menjadi faktor risiko terhadap munculnya penyakit lain seperti jantung koroner, stroke, fatty liver hingga kanker," ujarnya dikutip dari laman UMM, Selasa (24/1/2023).
Tentunya, penyakit jantung koroner disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah ke jantung. Sama halnya dengan stroke yang membuat lemak menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat otak menjadi lumpuh.
Sedangkan untuk fatty liver ini diakibatkan oleh akumulasi lemak yang terlalu banyak pada hati sehingga menyebabkan peradangan hati. Akibatnya terjadi hepatitis yang berlanjut ke penyakit sirosis dan berujung pada kematian.
"Selain itu, minyak jelantah juga mengandung bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker," jelas Yudha.
Meski makanan berminyak bisa menambah kenikmatan, tetapi masyarakat tetap diimbau untuk memulai hidup yang lebih sehat, yakni mengonsumsi makanan sehat serta rutin berolahraga.
Namun, sesekali mengonsumsi minyak dibolehkan selama dalam batas wajar. Apalagi mereka yang memiliki faktor risiko atau penyakit bawaan.
Jadi, itu bisa dimulai dengan mengganti minyak biasa dengan minyak yang sehat atau dengan penggunaan minyak sekali pakai.
Kemudian banyak mengonsumsi makanan-makanan yang dapat mengurai lemak yaitu makanan yang mengandung PUFA (polyunsaturated fatty acid) atau MUFA (monounsaturated fatty acid) seperti:
1. alpukat
2. kacang
3. canola oil
4. ikan tuna
5. ikan salmon
Ia juga mengimbau masyarakat untuk sering mengecek kadar kolestrol. Sehingga saat terjadi penumpukan atau kadar kolestrol tinggi bisa segera ditangani.