Jurnalisme Profetik Jadi Mata Kuliah Pilihan di UMM

Author : Humas | Saturday, June 24, 2023 06:43 WIB | kompas.com -

ilustrasi jurnalisme

ilustrasi jurnalisme(Freepik.com)

Penulis Mahar Prastiwi

 | 

Editor Dian Ihsan

KOMPAS.com - Program studi (prodi) Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar seminar Communication Talk yang merupakan seri ke-37 ini mengangkat tema "Jurnalisme Profetik, Jurnalisme Berkemajuan".

Dalam seminar ini didatangkan sejumlah narasumber untuk membahas dunia jurnalisme saat ini.

Salah satu narsumber, Editor Budaya Harian Kompas, Hilmi Faiq mengatakan, ada muatan jurnalisme profetik dalam kurikulum ilmu Komunikasi. Jurnalistik harus berpihak kepada kebenaran dan kemanusiaan.

Mengutip filosofi Kompas, ia menyebut jurnalistik menjunjung amanat hati nurani rakyat, menyapa yang kaya membela yang papa, humanisme transedental, dan menemukan kembali Indonesia.

Baca juga: Cara Daftar KIP Kuliah 2023 Kampus Swasta, Kuliah Gratis sampai Lulus

Praktik jurnalisme yang diterapkan Kompas, kata Faiq tidak hanya berhenti pada 5W+1H. Lebih dari itu setiap peristiwa harus dudukkan masalahnya dan diberi makna.

"Kompas memiliki concern terhadap jurnalisme investigasi untuk mengungkap persoalan yang dipandang sangat urgen diungkap ke publik. Dari situlah Kompas mendudukkan masalah dan memberikan makna di balik berita tersebut," kata Hilmi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (23/6/2023).

Hal serupa disampaikan dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Widiya Yutanti.

Mengutip Parni Hadi bahwa jurnalisme profetik merupakan jurnalisme cinta. Praktik jurnalistik profetik mengedepankan karakteristik kenabian, dan menyuarakan permasalahan besar di kalangan orang kecil.

"Jurnalisme yang mendorong sifat-sifat kenabian seperti sidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Semangatnya bukan hanya menyampaikan kebenaran tapi juga edukasi dan membangun optimisme audience," papar Widiya.

Contoh praktik jurnalisme profetik

Widiya memberi contoh praktik jurnalisme profetik yakni pernyataan Presiden Jokowi tentang penggunaan anggaran yang kurang tepat di media massa dan media sosial sebagai peristiwa yang memberikan perhatian kepada kaum lemah.

Penulis Mahar Prastiwi

 | 

Editor Dian Ihsan

Demikian juga Faiq mengangkat contoh skandal Mario-Rafael sebagai bola salju yang mengungkap berbagai penyelewengan seorang pejabat.

Widiya menyarankan agar fungsi jurnalisme profetik terwujud, diperlukan syarat adanya kebebasan pers, independensi, menampilkan kebenaran, mewujudkan keadilan, dan demi kesejahteraan, dan perdamaian bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).

Sementara itu ketua prodi Komunikasi UMM Nasrullah menambahkan, ada urgensi untuk mengangkat kembali harkat jurnalistik yang mulai ditinggalkan publik.

Banjir informasi hoaks dan merebaknya platform media sosial membuat karya-karya jurnalistik tidak dipercaya.

Pengabaian terhadap etika jurnalistik, etika pers dan etika bermedia sosial adalah beberapa contoh kemunduran.

"Alih-alih kualitas jurnalistik yang membaik, realitas keliarannya justru semakin tak terkendali. Fenomena clickbait dan maraknya hoaks justru semakin meresahkan," ungkap Nasrullah.

Di kurikulum lama, jurnalistik profetik sudah ada dalam muatan beberapa mata kuliah.

"Mulai kurikulum 2023 ini, nama mata kuliah Jurnalisme Profetik menjadi mata kuliah pilihan," imbuhnya.

Wakil Dekan I FISIP UMM, Najamuddin Khairur Rijal menyatakan dukungan atas kurikulum baru dalam Komunikasi UMM untuk mahasiswa baru tahun 2023.

Baca juga: ITS Buka 2 Prodi Baru di Jalur Mandiri 2023, Ada yang Pertama di Indonesia

Ia berharap dengan talkshow ini Komunikasi UMM dapat turut andil untuk menjawab tantangan Muhammadiyah, dan bangsa Indonesia pada umumnya, yang mulai dilanda kemerosotan kualitas jurnalistik bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi.

Harvested from: kompas.com/edu/read/2023/06/24/062000171/jurnalisme-profetik-jadi-mata-kuliah-pilihan-di-umm?page=2
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: