by Boban Abdurazzaq Sanggei
Setelah memasuki tahun ajaran baru, kota Malang yang dulu dirasa sebagai kota paling tenang dan nyaman karena suasana yang sejuk bahkan penduduk yang sangat ramah serta jalanan begitu sunyi telah berubah menjadi semi metropolitan.
banyak sekali kendaraan bermotor serta mobil yang memadati jalan setiap hari sehingga membuat kemacetan di mana-mana terutama di jalanan dekat kampus hal ini sebetulnya wajar di setiap kota besar namun khusus di Malang ini merupakan hal baru. Bahkan penulis sendiri sering mendengar Banyak sekali keluhan oleh mahasiswa bahkan masyarakat.
banyak masyarakat yang mengeluh sampai ada beberapa yang mengatakan bahwa kemacetan yang terjadi membuat mereka sering terlambat ke tempat kerja mereka, susah untuk ke mana-mana dan mereka sering juga terlibat percekcokan di jalanan.
Hal ini wajar jika kita melihat dari sisi pengguna jalan raya karena secara emosional di jalan raya kita pasti sudah capek, kesal dan waktu yang terbuang sia-sia sehingga jika ada hal kecil yang bisa memantik kemarahan dapat berakibat fatal. Dan tentunya macet juga lebih menguras bensin pada kendaraan dan hal ini setidaknya menguras finansial karena harga BBM yang sudah naik beberapa hari belakangan ini.
Seharusnya permasalahan macet bisa menjadi topik utama para mahasiswa malang untuk menanyakan kepada pemerintah “apa solusi kalian?”, mengapa mahasiswa? karena mahasiswa yang seharusnya lebih dahulu sadar dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat.
jika kita lihat secara jelas di lapangan kota malang dari tahun ke tahun mengalami penambahan penduduk secara signifikan, hal ini bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa yang masuk ke Malang untuk melaksanakan tugas akademisnya secara luring atau tatap muka.
Dengan banyaknya sumber daya manusia di kampus pasti ada hal yang mereka teliti entah itu di dalam atau di luar. Namun sayangnya belum ada yang membahas hal ini di kalangan mahasiswa atau bisa dibilang “diam saja”.
Ada beberapa faktor tentunya yang menimbulkan permasalahan ini, yang pertama setiap universitas di Malang selalu menambah kuota mereka setiap tahunnya bahkan pada tahun ajaran ini universitas Muhammadiyah Malang menerima sekitar 10 ribu mahasiswa baru, itu baru satu universitas belum universitas negeri yang terkenal seperti UB, UM dan lain-lain.
Di detik Jatim dalam wawancaranya dengan Dosen Sosiologi UMM Dr. wahyudi, M.Si, ia mengatakan bahwa “kedatangan ribuan mahasiswa ini membawa dampak positif”, namun hal ini tidak selaras dengan apa yang terjadi di lapangan, migrasi yang berlebihan seperti ini tentunya akan membuat masyarakat Malang sendiri terganggu di tambah lagi dengan pemakaian kendaraan pribadi dari setiap mahasiswa yang ada di Malang menjadi faktor utama timbulnya kemacetan di mana-mana.
Yang kedua, pemerintah tidak mengambil tindakan apa pun, atau tidak ada persiapan untuk menyambut kedatangan ratusan ribu mahasiswa ini. masalah kota Malang hari ini adalah buruknya tata wilayah, jalan raya di wilayah perkotaan sudah tidak bisa lagi di lebarkan dikarenakan rumah-rumah warga yang berada di pinggirannya.
Hal ini yang sangat disayangkan karena jika pemerintah ingin menjadikan kota Malang sebagai tempat peleburan seluruh nilai dan budaya setiap daerah hal utama yang harus dilihat adalah sarana dan fasilitas.
Jika kedua hal ini belum ada atau masih ada kendala maka batasi kuota mahasiswa baru seminimal mungkin, jika tidak bisa aturan itu tidak bisa mengikat swasta ajak kerja sama atau dialog terlebih dahulu karena kondisi kota malang hari ini sebelum adanya mahasiswa baru 2020, 2021 dan 2022 sudah terlalu padat dengan rumah penduduk dan transmigran dari luar Malang.
Jika dilihat dari 2 faktor di atas maka bisa di sederhanakan penyebab dari permasalahan ini adalah pemerintah. Pemerintah sebetulnya bisa di ibaratkan sebagai nakhoda kapal dan awak kapal dia yang menentukan tujuan serta mengawasi setiap aspek yang ada pada kapal tersebut. jika ada kebocoran, tali layar putus, atau kemudi yang patah seharusnya bisa di perbaiki agar untuk menuju ke tempat yang di tuju dapat aman dan nyaman, bahkan pada saat dalam perjalanan bisa di perbaiki atau di inovasikan lebih baik dibanding sebelumnya.
Begitu pun pemerintah pada nyatanya, jangan hanya melihat satu aspek namun harus melihat secara keseluruhan, karena untuk mencapai suatu kesejahteraan masyarakat haruslah melihat segala aspek yang ada dan di pikirkan baik-baik apakah keputusan atau kebijakan ini memang tepat bagi kota Malang sendiri dan masyarakatnya.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menyelesaikan permasalahan ini, misalnya dengan menaikkan pajak kendaraan pribadi dan meningkatkan fasilitas kendaraan umum tentu hal ini bisa dilakukan untuk mengurangi kuantitas pengguna kendaraan pribadi di tambah dengan mengurangi pencemaran udara serta pemanasan global, memang solusi ini terlalu utopis bagi pembaca namun apa salahnya dicoba.
Bahkan pemerintah sebetulnya mampu mengontrol hal ini dengan mudah jika ada keseriusan dari mereka, namun melihat kenyataan di lapangan tentu sangat menyedihkan karena fokus utama pemerintah hari ini hanya pada pariwisatanya.
Dan sekali lagi penulis ingin menekankan kembali kepada kawan-kawan mahasiswa agar jangan terlalu terlena dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di luar Malang. memang sama-sama penting namun ada baiknya kita lebih melihat seberapa urgennya permasalahan di Malang coba untuk mencari tahu lebih lanjut (riset kecil-kecilan) agar kita dapat memahami permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, Karena itu sudah menjadi tugas mahasiswa untuk mengabdi kepada masyarakat.
Sehingga jika masyarakat hari ini merasa tidak nyaman dengan adanya suatu permasalahan atau kelalaian dari pemerintah maka haruslah sosok mahasiswa turun dan menegur pemerintah, entah melalui mediasi ataupun aksi di depan kantor mereka. DPRD kota Malang juga sudah menegur namun apakah ada hasil dari teguran tersebut hari ini?. Maka pada akhirnya mahasiswa yang harus bergerak entah apa pun caranya jangan sampai tuan rumah (masyarakat malang) menderita akibat kemacetan ini.