JAKARTA, DISWAY.ID - Tingginya prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian Kementerian Kependudukan dan Keluarga Berencana (Kemendukbangga) dalam upayanya mempercepat pengentasan stunting.
"Kita mau bikin pilot project di Nusa Tenggara Timur yang secara prevalensinya (stunting) agak lumayan tinggi," kata Mendukbangga Wihaji pada usai rapat koordinasi di Kantor BKKBN, Jakarta, 13 Januari 2025.
Menurutnya, upaya ini tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri sehingga pihaknya turut menggandeng beberapa pihak, termasuk di antaranya Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Desa, Pemerintah Daerah NTT, hingga Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam hal ini, kampus akan menjalankan perannya melalui terkait pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat untuk diupayakan dalam mengatasi kondisi kemiskinan ekstrem di NTT.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini nantinya akan diakui secara formal pada akhir pendidikannya.
"Dosen juga bisa diperhitungkan kontribusinya dalam upaya untuk mencapai kenaikan pangkat. Mahasiswa juga dapat SKS untuk menyelesaikan tugas atau skripsi," papar Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro pada kesempatan yang sama.
Dengan begitu, mahasiswa bisa membantu masyarakat sekaligus mendapatkan poin atau upaya penyelesaian tugas-tugas yang diperlukan.
Hal ini, menurutnya, dapat bermanfaat pula di dunia internasional yang kompetitif saat ini.
"Perkembangan sekarang ini di dunia internasional, kalau seseorang itu mau masuk ke perguruan tinggi atau pekerjaan juga, itu dilihat bukan hanya dari kemampuan intelektual dia, tapi juga dilihat berapa besar kontribusi dia pada masyarakat," tuturnya.
Demikian itu, program ini akan diarahkan untuk membantu sekalogus belajar sembari memperbesar kontribusi generasi muda terhadap masyarakat melalui kegiatan sosial.
Sementara itu, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono menjelaskan bahwa pihaknya sepakat bahwa penanganan stunting perlu dicegah sejak lebih dini, bahkan sejak perempuan masih remaja.
"Kapan stunting itu akan muncul tentu harus dipersiapkan, baik dari kesehatan ibunya, kemudian kesehatan pada saat calon ibunya karena di calon itu ada kejadian anemia yang tinggi di remaja putri," ungkapnya.
Demikian itu, pihaknya telah membagikan obat tambah darah kepada remaja putri agar ketika mereka dewasa dan hamil, tidak dalam kondisi anemia atau kekurangan sel darah merah.
"Karena hamil pada kondisi anemia itu menyebabkan nanti ketika melahirkan, bayinya juga stunting."
Selain itu, pihaknya juga telah membagikan alat USG di seluruh puskesmas di Indonesia sehingga setiap ibu hamil bisa memantau secara rutin perkembangan janin.
"Kalau perkembangan janinnya itu ternyata tidak sesuai dengan umur kehamilan, maka kalau tidak diupayakan untuk diintervensi akan lahir bayi-bayi yang mudah stunting."
Tak ketinggalan gizi ibu hamil yang wajib dipenuhi agar tidak bisa kekurangan gizi yang juga berujung pada bayi yang stunting.
Dalam hal ini, Wihaji mengatakan bersama Badan Gizi Nasional yang saat ini sudah mulai melaksanakan program Makan Bergizi Gratis untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, hingga anak-anak sekolah.
"Nanti kerjasama dengan BGN khusus ibu hamil dan balita, tanggal 20 (Januari) insyaAllah nanti MoU antara kita dengan BGN," ungkap Wihaji lagi.