MALANG - Suasana Kota Malang yang diguyur hujan sepanjang hari, berubah menjadi hangat dan romantis ketika suara Afgansyah Reza terdengar. Musisi ibukota yang sedang digandrungi remaja putri itu, menyanyikan beberapa lagu romantis. Afgan menyebut, penonton Pagelaran Seni Citra Smanti (PSCS) malam Minggu (1/10), di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah penonton terpecah di karirnya.
Para penonton yang notabene berasal dari kalangan remaja memang nampak antusias. Tak sedikit diantara mereka yang bersorak kegirangan saat sang idola melambaikan tangan, dan menjabat tangan mereka.
"Kangen banget sama Malang, sudah lama nggak manggung di Malang, begitu manggung di sini ternyata ramai banget. Kalian menjadi salah satu penonton terpecah dalam sejarah karir saya," sapa pria yang memiliki lesung pipit tersebut, disambut sorakan riuh dari penonton yang hadir.
Pandu Pandatya, Public Relation Manager PSCS mengatakan, pihak panitia sengaja mengundang Afgan dalam gelaran PSCS tahun 2016 ini, karena suara Afgan dirasa cocok dengan segmentasi penonton. Tak hanya Afgan, suara seksi Monita Tahalea pun sempat mewarnai panggung PSCS sebelum Afgan tampil.
"Kami rasa karakter mereka cocok untuk karakter PSCS, selain itu sosok Afgan dan Monita banyak digemari remaja," katanya kepada Malang Post. Pandu mengatakan, melalui PSCS ledakan jiwa seni siswa SMAN 3 Kota Malang dapat tertuang dengan cara positif.
"Ibaratnya kalau kita marah, kita meledakan ke orang lain. Nah kalau di PSCS ini ledakan emosi dan jiwa seni anak-anak SMAN 3," ucap remaja kelas XI tersebut. Bagaimana tidak, bakat dan minat siswa SMAN 3 ditampilkan secara totalitas dalam pagelaran tersebut.
Bahkan, kata Pandu, agar para modern dance tampil secara maksimal, mereka berlatih menggunakan green screen untuk kemudian selanjutnya ada beberapa gerakan yang ditampilkan melalui visualisasi video 3D. Sehingga menimbulkan kesan dramatis pada penampilan modern dance.
Pandu menyebutkan, ada beberapa perbedaan yang disuguhkan PSCS 2016 jika dibandingkan dengan tahun lalu. "Kita tidak pakai MC, melainkan dari aksi teatrikal yang dihubungkan dengan sajian seni yang akan tampil," terangnya.
Ia menceritakan dalam aksi teatrikal tersebut, menceritakan tentang sebuah kota bernama mid Town. Dalam kota tersebut, ada tiga elemen yang mengendalikan keseimbangan kota agar tatanan birokrasi dan keindahan berjalan maksimal.
Tiga elemen tersebut adalah mr. Builder, yang bertugas membangun tatanan kota, mr. Time yang mengatur tatanan waktu dan ms. Mind, yang mengarahkan konsep dan pemikiran warga. Suatu ketika, diam-diam mr. Builder membelot dan mendirikan kota sendiri. Mid Town pun berubah menjadi kota yang hancur dan berantakan.
Sang wali kota yang murka, mengutus dua orang, bernama Boby dan Popy untuk menangkap mr. Builder dan mengembalikan tatanan Mid Town seperti semula. Namun, perjalanan Boby dan Popy tidak mudah, banyak teka teki yang harus mereka pecahkan sepanjang perjalanan menyelesaikan misi mereka.
"Nah, ketika diperjalanan mereka meminta bantuan mr. Time, namun oleh mr. Time mereka diajak menjelajah ke dimensi waktu terlebih dahulu. Ceritanya, ketika mereka menjelajah dimensi waktu, teman-teman yang ditunjuk tampil keluar mengisi panggung dengan bakat mereka," terang Pandu.
Konsep tersebut, lanjut dia, adalah kesepakatan bersama dari seluruh panitia semenjak persiapan awal di bulan Februari 2016. Melalui kegiatan ini, ia berharap teman-temannya dapat terfasilitasi dalam mengembangkan dan menunjukan bakat mereka.
Tak hanya itu, harapan besar juga ia gantungkan kepada adik-adik kelas mereka, agar terinspirasi dan mau bergabung ke dalam ekstra kurikuler seni yang ada di SMAN 3 Kota Malang. "Semoga tahun depan juga lebih pecah daripada ini, semakin kreatif panitianya dalam mengemas konsep PSCS 2017," katanya.(nia/ary)