FORUM Komunikasi Fotografi Mahasiswa Malang (FORKOM FM) adalah wadah berhimpunnya para pecinta fotografi di Kota Malang. Lahir tahun 2001, FORKOM FM merupakan wadah yang menaungi unit-unit kegiatan mahasiswa peminat fotografi yang berdiri di PTN/PTS Malang. Dalam forum atau komunitas ini, FORKOM tidak sekadar ada. Tapi juga hidup. Itu terbukti, dari tahun ke tahun, anggota yang masuk dalam komunitas ini sangat banyak.
“FORKOM FM memiliki fungsi sangat luas, tidak hanya sebagai tempat berkumpul, tapi juga sebagai media sharing dan komunikasi antar unit kegiatan mahasiswa (UKM) dalam pembahasan perkembangan fotografi,’’ kata penasihat FORKOM FM Arya Putra Ananta.
Kepada Malang Post, Arya mengatakan jika awalnya FORKOM FM ini hanya diikuti oleh beberapa UKM di beberapa universitas. Tapi seiring waktu, anggota yang bergabung semakin banyak. Pria dengan rambut cepak ini pun menyebutkan satu persatu UKM yang terdaftar dalam FORKOM FM. Yakni BIDIK(Universitas Merdeka) , Bengkel Foto (Universitas Brawijaya), Blidz (Universitas Brawijaya) , FOCUS-UMM (Universitas Muhammadyah Malang) , FOMATIK (Politeknik Kesehatan Malang) , FORMAT (Institut Teknologi Nasional ), G-PHOC (Universitas Gajayana), HIMAFO (Universitas Negeri Malang) , HMJF (Universitas Kanjuruhan), JHEPRET CLUB (UIN Maliki Malang) , JUFOC (Universitas Muhammadiyah Malang), KOMPENI (STIKI Malang), OBSCURA (Universitas Muhammadiyah Malang), PANORAMA (Universitas Islam Malang), RICARO (Universitas Brawijaya), THEATERISIC WATSEPA (Politeknik Negeri Malang), X-FLASH (Universitas Tribhuwana Tunggadewi).
Melalui wadah inilah, UKM di tiap kampus menyatu. Banyak kegiatan kreatif yang lahir dari forum ini. Tentunya kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan dunia fotografi. Yang paling penting melalui forum ini masing-masing anggota bisa belajar untuk mengasah bakat dan minatnya sehingga lebih baik lagi. FORKOM FM merupakan pemrakarsa lahirnya Forum Fotografi Indonesia Lintas Mahasiswa (FILM). Yaitu wadah komunitas fotografi mahasiswa yang menghubungkan seluruh daerah di Indonesia. Dua agenda nasional menjadi kegiatan rutin forum ini, yakni Jambore Nasional dan Pameran Nasional.
“Anggotanya ya menyesuaikan dari anggota UKM tersebut. Kalau jumlahnnya tidak terhitung, sangat banyak,’’ katanya.
Biasa Adu Argumen, Kebersamaan Tetap Nomor Satu
FORKOM FM ini merupakan komunitas yang sudah turun temurun. Anggotanya pun berganti sepanjang tahun, setiap kali ada mahasiswa baru artinya ada anggota baru yang datang. Namun rupanya hal itu tak membuat komunitas ini sepi dari kegiatan. Berbagai karya dan event pun telah digelar. Salah satu event yang sukses adalah pameran foto yang digelar di salah satu café di Kota Malang. Pameran foto yang digelar bulan September lalu mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan.
Salah satu anggota FORKOM FM Bambang Sugeng Susanto mengungkapkan, setiap pameran yang digelar selalu memiliki konsep. Konsep inilah yang kemudian menguatkan jati diri FORKOM FM.
“Karena pameran menjadi anggenda rutin, maka persiapannya pun cukup matang, karena dilakukan jauh hari sebelum hari H,’’ katanya.
Dalam pematangan konsep, semua anggota FORKOM pun tidak diam. Semuanya urun rembuk. Ya sekalipun tidak mudah, tapi urun rembug yang disampaikan anggota inilah, yang membuat konsep pameran betul-betul Matang.
“Disini tidak ada leader, semuanya anak buah, dan bisa menyuarakan isi hati,’’ katanya.
Memang awalnya tidak mudah, karena anggota yang sangat banyak. Tapi saat itu diterapkan betul, setiap anggota boleh bersuara, komunitas ini lebih hidup.
“Eyel-eyelan sering, adu suara saat membahas konsep juga sering terjadi. Tapi yang pasti, eyel-eyelan itu dasarnya adalah agar event yang kita kerjakan berjalan sukses. Itu saja yang kita pegang,’’ katanya.
Event yang digelar memang tidak hanya pameran foto. Tidak jarang, komunitas ini mengadakan event hunting foto bersama. Sudah pasti kegiatan ini akan sangat meriah, karena pesertanya sangat banyak.
“Kalau hunting foto bersama yang kami tekankan adalah kebersamaan. Kita boleh hunting dan mencari angel foto yang baik serta menarik, tapi kita tidak boleh meninggalkan teman. Disinilah seninya,’’ tambah pria berambut gondrong ini. Kebersamaan yang ditekankan itulah kemudian membuat anggota FORKOM ini menjadi saudara bagi satu sama yang lain.
Kebersamaan itu tidak hanya ditunjukkan anggota senior, tapi juga anggota junior. Bahkan untuk merekatkan tali persaudaraan antar senior dan yunior, FORKOM FM menggelar Makrab (Malang Keakraban). Dalam kegiatan ini tidak ada kesenjangan antara senior dan yunior. Alias semuanya sama.
“Makrab biasanya digelar setelah mahasiswa baru masuk. Kan anggota FORKOM FM adalah mahasiswa, jadi ya setelah perkuliahan masuk,’’ tandasnya.
Eksplorasi Budaya Daerah di JFMI
Salah satu kegiatan yang diikuti secara aktif komunitas ini adalah mengikuti kegiatan Jambore Fotografi Mahasiswa se Indonesia (JFMI). JFMI sangat penting, karena bisa menjadi kesempatan menggali ilmu terbaru dan perkembangan fotografi.
Arya menjelaskan, JFMI (Jambore Fotografi Mahasiswa Indonesia) adalah sebuah acara tahunan yang melibatkan FORKOM (Forum Komunikasi) Mahasiswa Fotografi se-Indonesia. Kegiatan yang di lakukan tidak lain adalah membahas perkembangan fotografi yang ada di kota masing-masing.
Dengan adanya jambore, pengetahuan fotografi di Indonesia menjadi lebih berkembang khususnya pada kalangan mahasiswa yang terdaftar di FORKOM masing-masing kota. Selain itu JFMI juga turut membantu memperkenalkan Budaya Indonesia yang terdapat di kota tempat terlaksananya JFMI. JFMI telah berlangsung selama 7 tahun di kota yang berbeda-beda. Kota yang pernah menjadi tuan rumah JFMI antara lain : Yogyakarta (2008), Bandung (2009), Malang(2010), Surabaya (2011), Lombok (2012), Lampung (2013).
“Tahun 2014 JFMI dilaksanakan di Kota Makassar,’’ kata Arya.
Saat ikut JFMI peserta pun lebih mengenal satu dan lainnya. Ini pun memberikan peluang untuk mempererat tali silaturahmi dengan anggota FORKOM di seluruh Indonesia. “Karena Jambore ini digelar sendiri, maka yang ikut pun menggunakan biaya pribadi. Disitulah kendalanya, tidak bisa semua anggota FORKOM FM ikut,’’ katanya.
Tapi bukan berarti yang tidak ikut dalam JFMI tidak mengetahui perkembangan fotografi. Mereka yang tidak ikut tetap tahu perkembangan, lantaran peserta yang ikut JFMI wajib melakukan presentasi saat mereka pulang.
“Inilah yang membuat kita beda dengan komunitas lainnya. Ilmu yang kami peroleh dari jambore wajib ditularkan kepada peserta yang tidak ikut. Dengan begitu, kita pun akan berkembang secara bersama-sama,’’ tandas Arya. (vik/oci)
Sebulan Sekali Makan Bersama Anak Jalanan
Meskipun berkecimpung dalam kegiatan fotografi, bukan berarti komunitas ini selalu berkutat di dunia tersebut. Beberapa kali, komunitas ini juga menggelar kegiatan sosial. Salah satunya adalah dengan menggalang dana untuk korban erupsi gunung kelud beberapa waktu lalu.
Untuk melakukan galang dana, anggota FORKOM FM tidak kenal malu. Itu karena tidak jarang mereka menggelar galang dana di tepi jalan, dan memanfaatkan pengguna jalan untuk menyumbangkan uangnya.
“Pertama galang dana dilakukan kepada anggota, selanjutnya galang dana di jalan. Berapapun hasilnya, itu yang kami bawa untuk kemudian disumbangkan kepada para korban,’’ kata Bambang yang mengatakan bantuan yang diberikan menjadi salah satu bentuk kepedulian anggota FORKOM FM kepada sesama.
Bukan hanya erupsi kelud, peristiwa banjir bandang yang menimpa terjadi di bagian selatan Kabupaten Malang juga menjadi perhatian anak-anak FORKOM. Menggunakan kendaraan pribadi, anak-anak komunitas foto ini datang ke lokasi. Mereka tidak mencari moment foto, tapi kedatangan mereka murni untuk menjadi sukarelawan, dan membantu sesama.
Selain itu tidak jarang pula anggota komunitas ini kumpul dan makan bersama anak-anak jalanan. Sekalipun kegiatan ini tidak rutin, namun para anggota FORKOM ini mengaku senang. “Kalau makan bersama anak jalanan biasanya dilakukan sebulan atau dua bulan sekali. Dananya dari kantong pribadi,’’ kata Bambang. Bukan itu saja, Bambang juga mengatakan anak-anak FORKOM FM sangat membuka kepada anak-anak yang ingin belajar fotografi.