POTENSI LOKAL: Kerjasama UMM dan Singapura menggarap potensi Kota Batu salah satunya kue carang mas.
MALANG - Kegiatan Learning Express (LEx) hasil kolaborasi 25 mahasiswa Singapore Polytechnic dan 25 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama dua pekan ini, yaitu pada 7-17 September, melahirkan tiga produk teknologi baru yang dapat langsung dimanfaatkan masyarakat kota Batu. Tiga produk itu dipamerkan di Aula BAU UMM, Kamis (18/9) dan selanjutnya akan dipresentasikan di Singapura bulan depan.
Ketua rombongan LEx Singapore Polytechnic Mr Soh Kim Fai mengatakan, LEx memang sengaja didesain agar dalam waktu singkat mahasiswa dapat belajar dari dunia nyata sekaligus memberi manfaat kongkrit bagi masyarakat setempat. Hal itu, menurutnya, selaras dengan motto LEx yaitu connecting, creating, and caring di mana mahasiswa Singapura selain dapat terkoneksi dengan masyarakat Batu, juga sekaligus membuktikan rasa pedulinya dengan menciptakan teknologi baru yang bisa langsung dimanfaatkan untuk kepentingan produksi yang lebih efisien.
Tiga hasil karya yang dimaksud yaitu teknologi baru alat produksi kue kremes Carang Mas khas Batu, alat produksi budidaya cacing tanah, dan alat produksi pengelolaan sampah bekas gergaji. Yang menarik dari teknologi yang mereka ciptakan yaitu bahan alat yang murah, penggunaan yang mudah dan sederhana, serta hasil produksi yang lebih maksimal.
Alat produksi cacing tanah hasil karya tim yang diketuai Joshua Woon misalnya, yang bisa digunakan sebagai alat pemutar tanah, memberi makan cacing, serta mengarahkan cacing ke tempat tertentu dalam waktu yang hampir bersamaan dan tanpa harus mengotori tangan karena alat tersebut dapat bekerja secara otomatis.
Demikian pula teknologi produk kue kremes Carang Mas yang alatnya sangat memudahkan produsen mulai dari proses pengupasan ubi jalar hingga pengemasan produk. Ketua tim Ng Liying Amanda mengaku, sebenarnya produsen Carang Mas sudah bisa membuat kue kremes dengan rasa yang sangat lezat namun dengan cara yang lebih melelahkan, masa produksi yang lebih lama, serta sistem pemasaran yang masih sangat klasik.
Karena itu, kata Amanda, teknologi baru ini akan jauh lebih memudahkan sekaligus membuat pengelolaan makanan ini lebih maju, baik dari segi produksi maupun pemasaran. “Alat yang kami ciptakan ini bisa bekerja secara multitasking, sehingga dalam satu aktivitas pekerja bisa menyelesaikan beberapa tugas sekaligus,” terangnya.
Selain itu, lanjut Amanda, ditambahkan pula inovasi toping beragam rasa dan warna agar lebih menarik perhatian pembeli. Didesain juga sistem pemasaran produk lewat sosial media agar jangkauannya lebih luas. “Kami juga membuat akun twitter, facebook dan instagram untuk Carang Mas. Kami ajarkan pula cara mengelolanya agar dapat menjangkau pasar global,” ujar Amanda.
Pembantu Rektor III Dr Diah Karmiyati Psi berharap, program LEx yang sudah berlangsung selama dua angkatan ini bisa menjadi contoh sukses kerjasama dua kampus lintas-negara, tidak hanya dari segi institusi, tapi juga dari segi kolaborasi mahasiswanya. “Ini tidak hanya menjadi kemitraan strategis karena melibatkan dua institusi, tapi juga kemitraan taktis karena 50 mahasiswa dari dua negara terbukti bisa saling bersinergi dalam waktu singkat dalam menciptakan hal yang sangat kongkrit dan produktif,” ucapnya bangga.