TEMPO.CO, Malang-Empat perguruan tinggi dari tiga negara Asia bersepakat membuat prototipe alat yang bisa dimanfaatkan untuk membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Kesepakatan itu ditandatangani Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Singapore Polytechnic (SP), Kanazawa Institute of Technology dan Kanazawa Technical College. Kesepakatan empat perguruan tinggi di Indonesia, Singapura, dan Jepang ini dicapai setelah mereka menyelesaikan program belajar cepat atau learning express (LEx) di Kampus III UMM Landungsari, Kota Malang, Kamis, 24 Maret 2016.
Program LEx diikuti 68 peserta dari empat perguruan tinggi itu. "Di acara pentutupan kami bersepakat untuk berkolaborasi membuat tiga prototipe karya yang bisa membantu UMKM, khususnya UMKM di Kota Batu. Konsep prototipe karya 68 peserta LEx akan dimatangkan di Prefektur Kanazawa, Jepang pada September mendatang,” kata Soeparto, Asisten Rektor Bidang Kerjasama UMM, Sabtu, 26 Maret 2016.
Program LEx tahun ini diadakan di Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Selama empat hari 68 mahasiswa dari tiga negara itu menemukan permasalahan UMKM yang bergerak dalam bidang usaha pemotongan ayam, pabrik tahu, dan wisata tani.
Pengelolaan kebersihan, misalnya, menjadi masalah paling menonjol di UMKM pemotongan ayam. Ayam yang sudah dipotong dibersihkan bulu dan kotorannya dengan cara direndam ke dalam air mendidih. Cara ini dianggap kurang efektif karena pengerjaannya cuma memakai kayu dan tangan. Kebersihan, keamanan dan kesehatannya juga kurang sehingga diperlukan alat bantu untuk mempermudah pekerjaan pemotongan ayam.
Mahasiswa Biologi UMM Adjar Yusrandi Akbar mengatakan, untuk membantu usaha pemotongan ayam diperlukan alat tambahan seperti panci berlubang yang memiliki pegangan untuk tangan. Tempat penampungan ayam didesain sedemikian rupa sehingga dapat menampung ayam beserta kotorannya. Kotoran ayam dapat terangkat dan tidak melebur dengan air yang akan digunakan untuk membersihkan ayam berikutnya. “Sedangkan tempat pegangan di panci yang berlubang juga akan memudahkan untuk pemutaran ayam sehingga tidak perlu memakai kayu lagi,” ujar Adjar.
Kelompok lain juga menemukan permasalahan baru di pabrik tahu. Dari sisi proses produksi sebenarnya tidak bermasalah. Namun, kepulan asap hitam yang keluar dari pabrik membuat masyarakat sekitar tidak nyaman. Kesehatan dan aktivitas warga terganggu.
Permasalahan itu disikapi peserta LEX dengan rencana mendesain pabrik dan pembuatan alat bantu. Nantinya pabrik menggunakan dua corong untuk memisahkan uap dan asap. Corong pertama digunakan untuk mengalirkan uap air yang mendidih untuk pembuatan tahu. Sedangkan corong kedua digunakan sebagai saluran asap dari pembakaran kayu untuk mendidihkan air.
“Sedangkan alat bantunya difungsikan untuk mengurangi kepekatan asap hitam yang keluar dari pabrik, dengan cara ditambahkan arang aktif dan serabut kelapa di dalam pipa sehingga asap akan tersaring dan warnanya berubah lebih bersih,” kata Anggita Elma Winda, salah seorang peserta LEx.
Hanum Shirotu Nida, mahasiswa Teknik UMM peserta LEx, menjelaskan masalah yang ditemukan pada UMKM wisata tani. Dia kawan-kawan di kelompoknya sepaham bahwa lebih menarik jika tanaman ditata rapi dan dibedakan sesuai jenisnya.
Dalam prototipe yang mereka buat terdapat tanaman hias, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang dibedakan sesuai dengan lahannya. Di setiap tanaman juga diberi keterangan untuk mengedukasi pengunjung. Kami juga menyediakan tempat yang dapat menjual tanaman organik yang dikelola oleh warga setempat sehingga dapat menjadi pemasukan lebih bagi warga setempat. “Terlebih, lokasinya berada di dekat wisata rafting sehingga banyak orang yang akan berkunjung ke kampung wisata ini,” ujar Nida.
Acara penutupan kemarin ditandai dengan penyerahan produk LEx tahun lalu yang diberi nama larvae separator dan diserahkan kepada Suardi, pemilik usaha budidaya ulat di Batu. Alat ini berfungsi untuk memisahkan larva dan ulat.
ABDI PURMONO