Kritisi Hal Sederhana dengan Kemasan Menarik

Author : Humas | Sunday, September 07, 2014 13:04 WIB | Malang Post - Malang Post

BERAWAL dari hobi  update status di media sosial (medsos) dan menulis di blog, membuat Tuty Yosenda menerbitkan buku  berjudul “Demi Waktu”. Buku tersebut mengkiritisi berbagai  hal sederhana dengan kemasan menarik.  Buku  tersebut dibahas oleh penulis bersama penggemar buku di Warung Kelir,akhir pekan kemarin.

Suasana Warung Kelir  di dekat Lapangan Rampal malam itu tampak meriah. Sekelompok orang bergerombol di beberapa meja. Baik itu pelajar, mahasiswa, pencinta kesenian, satsrawan, dosen budayawan dan tentunya pecinta buku berbaur menjadi satu.
Suasana semakin gayeng ketika moderator dalam hal ini Aji Prasetyo membuka kegiatan bertajuk Bincang Buku Demi Waktu. Kemudian, ketiga pemateri terdiri dari Denny Miztar dari Pelangi Sastra Malang, Subhan  Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan tentunya Tuty Yosenda memulai kegiatan itu.
Menggunakan tema busana warna hitam, Tuty Yosenda mulai bercerita awal mula menerbitkan buku ini. “Dulu awalnya saya hanya menulis di dunia maya melalui blog dan update status di medsos. Lalu, terfikirkan dalam benak saya, untuk mengumpulkan tulisan tersebut ke dalam sebuah buku,” ucapnya dengan penuh semangat.
Ibu tiga anak ini mengatakan, buku Demi Waktu ini dibuat hampir lima tahun, yakni mulai tahun 2009 hingga diterbitkan pada bulan Juli tahun 2014. Menurut istri dari Dadang Muhammad ini, untuk proses finishing buku selama dua tahun, yakni mulai tahun 20012 hingga tahun 2014 yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya.
“Dalam buku ini, terdapat 27 artikel yang semuanya bertemakan kritikan dan kesederhanaan,” ucap wanita lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB) ini. Dia menyebutkan artikel yang penuh dengan kesederhanaan dalam bukunya adalah semut dan lebah. Dari situ menceritakan kegigihan semut untuk mencari makanan.
Selain itu, semut juga kategori hewan yang disiplin dan itu dibuktikan melalui rapinya saat berbaris. Sedangkan lebah dikatakannya, merupakan hewan yang memeberikan manfaat kepada manusia. Melalui madu yang dihasilkan oleh lebah itu, dapat dipergunakan untuk obat-obatan dan vitamin yang memberikan kesehatan bagi manusia.
Menurutnya, hal itu juga sebagai kritikan kepada manusia untuk disiplin dan memberikan manfaat bagi sesama. “Seekor semut saja bisa disiplin dengan teratur rapi dalam berbaris. Harusnya manusia juga bisa begitu,” terang wanita berusia 51 tahun ini. Hal itu juga dikatakannya bisa jadi kritikan terhadap manusia untuk berbuat lebih baik.
Sedangkan saat menulis di dunia maya, dia lebih banyak menyampaikan keluh kesah atau menggerutu. Gerutuan itu dikatakannya kemudian disampaikan secara elegan melalui  buku ini. Gerutuan itu juga sebagai kritikan terhadap siapapun juga.
Melalui gerutuan yang disampaikan lewat tulisan buku ini, juga menjadi pelajaran oleh siapapun itu, terutama pemerintah sebagai pemegang kebijaksanaan. “Selain itu, melalui buku ini saya berharap banyak lagi generasi muda gemari  jiwa sastra. Hal itu untuk menumbuhkembangkan  generasi muda  dalam bidang sastra,” kata dia.
Denny Miztar dari Pelangi Sastra Malang mengapresiasi  karya  Tuty Yosenda ini. Menurutnya, melalui hal-hal yang kecil, dia ceritakan. Perasaan yang dialami, juga diceritakan melalui buku ini. Sehingga bacaan buku ini cocok untuk siapapun dan tergolong ringan.
“Mungkin tidak ada yang megira, sebuah semut dan lebah diceritakan dalam buku. Apa yang dilihat seperti pemandangan alam juga diceritakan dalam buku ini tanpa mengesampingkan kritikan. Hal yang sederhana seperti ini, menjadi ciri khas karya Tuty Yosenda dan itu bagus,” katanya di tempat yang sama.Melalui buku ini, dia mengatakan semakin memperkaya opsi buku satsra sebagai refrensi para pembaca khususnya yang ada di Malang Raya ini.

Harvested from: http://www.malang-post.com/kota-malang/91766-kritisi-hal-sederhana-dengan-kemasan-menarik
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: