MALANG - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang mengikuti program 4th Mahathir Global Peace School (MGPS) di Malaysia, 6-18 September. Ia adalah Arina Widya Kurniawati, dari program studi (prodi) Ilmu Komunikasi angkatan 2013.
Mahasiswi kelahiran 25 Mei 1995 ini menyingkirkan tak kurang 600 pendaftar dari seluruh dunia. Ia bergabung dalam program kerja sama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Perdana Global Peace Foundation (PGPF) bersama ke 40 peserta lainnya yang lolos tahap seleksi.
“Mayoritas peserta berasal dari dosen, mahasiswa S2 , jurnalis dan perwakilan institusi perdamaian,” ujar Arina.
Proses lolosnya Arina terbilang panjang. Ia bercerita, berkali-kali mencoba peruntungan ke luar negeri, mulai dari beasiswa, short course, konferensi, tapi belum ada yang lolos satupun.
“Makanya saat mendapat kabar bahwa saya lolos di MGPS saya kaget. Saya tidak menyangka bisa lolos dalam program yang 100 persen gratis ini,” katanya.
Selama dua minggu di Malaysia, Arina mengaku belajar ekstra agar bisa menyamai peserta lainnya yang secara pendidikan lebih tinggi darinya. “Saya juga menambah waktu belajar tentang isu dan hukum international yang biasanya dipelajari mahasiswa hubungan international atau hukum agar tidak tertinggal di kelas. Ini adalah kesempatan emas untuk mengukur kemampuan diri di skala internasional,” akunya.
Ketika ditanya hal menarik apa yang paling dikenang selama di Malaysia, Arina menjawab saat bertemu dengan mantan Perdana Menteri Malaysia sekaligus pendiri MGPS, Tun Mahathir Mohamad. “Saya merasa terkesan dengan Tun Mahathir, yang masih getol menyuarakan perdamaian dunia di berbagai tempat dan waktu,” katanya kagum.
Ia berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk dapat mengejar kesempatan serupa di luar negeri. “Kesempatan internasional adalah salah satu pengalaman yang berharga, dapat membuka pikiran, menambah relasi dan bisa jadi jejak-jejak petualangan tak terduga lagi di masa mendatang,” ucap Arina. (oci)