MALANG - Menyusul rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Muhadjir Effendy, MAP yang terpilih sebagai ketua umum Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS PTIS) pusat tahun lalu, kini rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof Dr Surahmat, MSi, juga terpilih sebagai ketua BKS PTIS Korwil Jawa Timur. Pemilihan yang diikuti 40 PTIS se-Jawa Timur dan disaksikan pengurus BKS PTIS Pusat berlangsung pekan lalu di kampus UMM.
Selain UMM, beberapa PTIS yang hadir antara lain Universitas Darul Ulum Jombang, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, ISID Gontor, Universitas Islam Malang, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Unipdu Jombang, IAI Ibrahimi Situbondo, STAI Attahzib Jombang, Unisda Lamongan, STIT Almuslikhun Blitar.
Terpilihnya dua rektor PTS terbesar di Malang ini disambut positif oleh seluruh anggota BKS PTIS. Selain memudahkan untuk koordinasi karena kampusnya berdekatan, keduanya juga merupakan model pengembangan kampus Islam swasta terbaik saat ini.
“Inilah saatnya PTIS bangkit. Kedua pemimpin ini kampusnya berdekatan, saya yakin koordinasinya akan sangat baik,” kata rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Prof Dr A Jainuri. Kampus UMM dengan Unisma hanya berjarak sekitar 2 kilometer.
Muhadjir menganggap terpilihnya Surahmat merupakan momentum awal untuk merevitalisasi BKS PTIS di seluruh Indonesia. Terbentuknya kembali BKS PTIS Jawa Timur akan diikuti dengan musyawarah-musyawarah di tingkat propinsi lain, seperti di Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan. “Mudah-mudahan tahun ini seluruh wilayah di seluruh Indonesia sudah melakukan revitalisasi kelembagaan. Meski kita ini bersaing, tetapi untuk kepentingan Islam marilah kita lebih merapatkan barisan membangun kekuatan PTIS,” ujarnya, Rabu (4/7).
Hal senada diungkapkan Surahmat. Sesuai amanah yang diberikan oleh BKS PTIS maka tugasnya ke depan adalah mampu menghadapi ancaman-ancaman yang luar biasa besar. Baginya, PTIS saat ini bukan saja harus menghidupi dirinya sendiri, tetapi harus mampu bersaing dengan PTN yang dinilainya menghisap calon mahasiswa dari berbagai pintu, serta harus mampu menanggung beban adminsitrasi yang cukup berat. “Sebagai perguruan tinggi Islam kita harus mampu menghadapi ancaman-ancaman itu,” ungkap Surahmat.
Untuk itu, pihaknya akan membagi wilayah koordinasinya menjadi tiga sub wilayah, yakni Barat, Tengah dan Timur.
Sebelumnya, dalam pengarahannya, Muhadjir menyinyalir saat ini PTIS menghadapi tiga tantangan besar. Yakni, dua tantangan kelembagaan yang terdiri dari persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan hadirnya pergruan tinggi korporasi dan berjaringan internasional. Serta satu tantangan program internal, yakni, lemahnya Program Studi Keislaman yang harusnya menjadi ciri khas PTIS. (oci/eno)