Akademisi dan mahasiswa ditantang untuk tak alergi dengan partai politik.
MALANG - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Hajriyanto Y Tohari menantang akademisi dan mahasiswa sebagai warga kelas satu untuk tak alergi dengan partai politik (parpol). Hal ini sangat diperlukan agar di tahun mendatang parpol berisi orang-orang yang sesuai dengan harapan rakyat.
"Yang mengkritik partai politik banyak sekali, tapi diajak masuk partai tidak mau. Harusnya mulai dibangun supaya partai punya daya tarik bagi anak bangsa kelas 1," ungkap Hariyanto saat berbicara dalam Refleksi Akhir Tahun Bidang Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Aula BAU UMM, Selasa (10/12/13).
Menurutnya hal tersebut menjadi PR penting untuk membangun Indonesia ke depan, jika ingin Indonesia bagus maka parpol harus dibenahi. Dan ia berharap anak bangsa yang berkualitas tidak hanya sekadar berdiri di luar pagar. "Jangan meratap kalau parpol diisi orang buruk sementara orang-orang yang berkualitas hanya berdiri di luar pagar," tukasnya.
Senada dengan Hajriyanto, Anggota DPRRI Komisi 1 yang juga Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, mengingatkan jangan sampai partai politik dikuasai orang-orang jahat. Parpol yang dipimpin orang yang tidak amanah maka masa depan bangsa pun menjadi pertaruhannya.
"Di kehidupan demokrasi tidak mungkin bangsa tanpa parpol, kalau anda alergi dengan parpol jangan lama-lama," kata dia.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Siti Zuhro MA memandang rendahnya kualitas para pemimpin bangsa sebagai tanggung jawab parpol yang dinilai terlampau sibuk mengurus dirinya sendiri dan lupa akan misi kebangsaan. “Peran Parpol amat krusial, karena di situlah rumah demokrasi di mana para pemimpin lahir,” terangnya.
Akibat rendahnya kualitas pemimpin, tandas Zuhro, publik lantas memiliki mindset negatif terhadap terhadap bangsa ini. Karenanya, kita butuh pemimpin panutan untuk menjernihkan pola pikir sekaligus memberikan optimisme bagi rakyat Indonesia.
Sementara itu Dekan FISIP UMM Dr Asep Nurjaman MSi saat wawancara di sela-sela kegiatan menilai acara ini sebagai ajakan moral-politik pada setiap elemen bangsa agar mau berbenah. Karena itu, kegiatan ini juga dihadiri pejabat pemerintahan, Parpol, aktivis LSM, serta akademisi dari berbagai perguruan tinggi. “Agar refleksi ini tidak hanya menjadi wacana akademis, tapi langkah taktis untuk gerak bersama,” papar Asep.
Pada refleksi ini, hadir pula Rektor UMM Dr Muhadjir Effendy MAP memberikan sambutan dan mantan Mendiknas Prof Malik Fadjar MSc sebagai keynote speaker. Dalam sambutannya, Muhadjir menyebut kegiatan ini sebagai evaluasi politik tahun 2013 sekaligus menentukan langkah ke depan. “Tahun depan adalah tahun politik, tapi kita belum ada bayangan siapa yang bakal jadi pemimpin, sebab itulah pembacaan arah bangsa menjadi sangat penting,” tandasnya.
Di sisi lain, Malik Fadjar memberi petuah agar kita memiliki kesediaan merawat Indonesia, merawat kemajemukan, dan merawat nusantara. “Dengan wawasan multikultural itu, maka siapapun bisa tampil, asal punya kualitas dan itikad untuk merawat bangsa ini,” tuturnya.