Tato Tak Tabu

Author : Humas | Thursday, October 07, 2010 14:29 WIB | Malang Post - Malang Post

MALANG- Ada banyak hal menarik yang diungkap mahasiswa program Australian Consortium fo In Countries Indonesian Studies (ACICIS) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Termasuk yang diungkap Angharad Lodwick. Harry, panggilan akrabnya mengungkap sejauh mana budaya tato dalam pandangan masyarakat khususnya di Jawa Timur (Jatim).


“Sejauh ini saya melihat budaya tato tak lagi menjadi hal yang tabu di masyarakat, bahkan tato sudah menjadi industri tersendiri,” ungkapnya usai melakukan presentasi di hadapan dosen UMM kemarin. Penelitian awal dilakukan mahasiswa program double degree jurusan Hukum dan Pengajaran Asia Pasific di Australian National University itu di Surabaya. Di sana ia menemukan empat industri tato yang cukup dikenal di masyarakat. Tiga diantaranya menurutnya adalah industri profesional sementara satu lagi industri rumahan. Menjadi industri yang professional ternyata dilakukan dengan upaya sendiri oleh para pebisnis itu. Karena menurut mereka belum ada perhatian dari pemerintah terkait penetapan standar kesehatan bagi pengguna tato.


“Menggunakan tato itu hubungannya dengan jarum, dan di Indonesia ini belum ada standar kesehatan dalam penggunaannya bagi industri tato,” bebernya.


Selain itu temuan yang didapatkannya bahwa berbagai kalangan dan usia juga sudah memanfaatkan tato. Kalau dulu tato identik dengan kriminalitas, maka yang tampak di Surabaya justru orang biasa pun bertato. Bahkan ia pernah menjumpai seorang ibu dan anak yang sama-sama datang ke salon tato ini. Hanya saja belum bisa menjadi kesimpulan apakah tato benar-benar sudah tidak dianggap tabu jika digunakan di Jatim. Karena itulah penelitian lanjutan akan dilakukannya di Kota Malang. Ia berharap bisa menyajikan data yang lengkap terkait adanya perubahan signifikan budaya tato sejak reformasi dan orde baru.


“Oktober mendatang di Malang akan ada expo tato, itu kesempatan bagi saya untuk melengkapi data ini,” imbuhnya.


Sementara itu banyak masukan dari dosen yang ditujukan bagi harry. Seperti diungkapkan dosen FISIP UMM Asep Nurjaman. Menurutnya penelitian ini akan lebih bagus jika dilengkapi dengan klasifikasi data kalangan yang memanfaatkan tato. Sehingga bisa diklasifikasikan jenis tato sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.


Selain Harry ada tiga mahasiswa program ACICIS lainnya yang melakukan presentasi kemarin. ACICIS merupakan program kerjasama antara UMM dengan beberapa universitas di Australia. Selama di UMM mahasiswa ACICIS harus mengikuti berbagai kegiatan. Mulai dari masa perkenalan studi atau studi orientasi. Selama satu semester mahasiswa mendapatkan bimbingan agar dapat melakukan diskusi mengenai topik yang akan diteliti. (oci/mar)

Harvested from: http://www.malang-post.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19121:tato-tak-tabu&catid=46:tribunngalam&Itemid=71
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: