Author : Humas | Monday, May 13, 2013 19:39 WIB | Malang Post - Malang Post

MALANG - Langkah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menjebak joki ujian, menuai sukses. Saat penyelenggaraan ujian seleksi masuk kemarin (13/5), panitia berhasil mengamankan 2 joki dan 31 peserta yang memanfaatkan jasa para joki tersebut.
Aksi adanya perjokian ini, sudah terendus sejak penyelenggaraan ujian tahun lalu. Ketika itu, petugas keamanan dari Polsek Karangploso, mengamankan empat joki. Karena itulah, tahun ini ada sejumlah mekanisme baru, yang dilakukan UMM untuk menjebak para joki tersebut.
’’Baru tahun ini kami melakukan penggeledahan. Ujiannya pun dilakukan di kelas-kelas. Tidak seperti dulu yang kami laksanakan di DOME UMM,’’ ungkap Pembantu Rektor 2 UMM, Drs H Fauzan M.Pd kepada Malang Post, kemarin.
Dalam aksi penggeledahan ini, ada dua joki yang mengaku mahasiswa dari sebuah institut negeri di Surabaya. Mahasiswa berinisial VA dan PW itu, mengaku dari jurusan teknik kimia semester 4.
Kedua mahasiswa itu, mendaftar sebagai calon mahasiswa di UMM. Mereka sengaja mendaftar untuk berbagi peran. Mahasiswa pertama bertugas mengerjakan soal nomor 1 sampai 50 dan mahasiswa kedua mengerjakan soal nomor 51 sampai 100. Kemudian, keduanya mengirimkan jawaban kepada peserta lain yang sudah menjadi konsumen mereka.
Dari hasil interograsi yang dilakukan pihak kampus dan aparat keamanan, ternyata kedua mahasiswa itu hanya dimanfaatkan oleh oknum yang mengiming-imingi mereka uang. ’’Kabarnya untuk memanfaatkan jasa joki ini, ada yang membayar hingga Rp 250 juta,’’ ujarnya.
Tim keamanan UMM juga berhasil menemukan sejumlah modus baru yang dipakai dalam aksi perjokian ini. Modus pertama, dengan memakai kamera tersembunyi yang langsung memotret soal ujian yang dipegang peserta. Soal itu, dikirimkan kepada joki yang sudah menunggu di luar ruangan.
Jawaban soal-soal tersebut, dikirim menggunakan alat komunikasi berupa HP yang sudah dimodifikasi. Karena peserta dilarang membawa HP, 31 peserta pun punya cara sendiri untuk menyembunyikannya.
Bagi peserta perempuan, HP disembunyikan (maaf) di belahan payudara. Peserta laki-laki, menyembunyikan (maaf) pada selangkangannya.
Peserta perempuan juga menggunakan kerudung sehingga bisa memasang headset dengan mudah untuk mendengarkan suara panduan joki dari HP yang dibawa.
Sementara peserta pria, menyembunyikan headset pada jahitan kemeja lengan panjang dan menempelkan pada telinga saat mendengarkannya. Seolah-olah mereka sedang berfikir keras, sambil memegang dahi. Padahal sedang mendengarkan headset yang ada di lipatan lengannya.
Kepala Humas UMM, Nasrullah MSi menuturkan, antisipasi juga sudah dilakukan UMM dengan melarang peserta membawa alat tulis. Panitia sudah menyiapkan keperluan peserta. Mulai dari penghapus, pensil dan lainnya.
’’Tahun lalu, banyak joki drop-dropan dari Jogja dan Solo. Karena itu tahun ini kami antisipasi betul. Kami sebarkan mahasiswa dan dosen yang berpakaian preman untuk memantau gerak-gerik peserta,’’ tegasnya.
Rektor UMM, Muhadjir Effendy, menilai praktik perjokian dalam ujian merupakan kriminal intelektual dan kasus nasional. Pelakunya jelas merusak nilai-nilai pendidikan oleh karenanya hrs ditindak tegas.
’’Mereka sangat ingin masuk UMM, tapi cara-cara seperti ini tentu tidak bisa dibenarkan. Bagaimana mau menjadi generasi yang baik kalau caranya saja sudah mencoba untuk curang. Jangan-jangan nanti malah jadi koruptor,’’ kata Muhadjir.
UMM, kata Rektor, telah mendata mereka dan memprosesnya dengan pihak kepolisian. Untuk selanjutnya, nama-nama mereka masuk dalam blacklist yang tidak boleh mendaftar ke UMM selamanya.
UMM sengaja membongkar besar-besaran praktik perjokian ini setelah sebelumnya mengendus indikasinya. Hampir setiap tahun UMM selalu mendapati praktik seperti ini. Tapi baru kali ini yang terbesar. 
Rektor bertekad membongkar jaringan perjokian sampai ke akar-akarnya. Praktik curang dalam ujian seleksi masuk UMM ini akan dijadikan pintu masuk utk mencari otak pelakunya.
’’Ini bukan hanya utk kepentingan UMM, tapi juga secara nasional. Karena modusnya jangan-jangan juga terjadi pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN), SMNPTN dan sebagainya,’’ tambahnya.
Muhadjir juga berjanji untuk menelusuri dua mahasiswa dari Surabaya dan melaporkannya kepada rektor perguruan tinggi yang bersangkutan. Bahkan kasus ini juga akan dilaporkan kepada Mendikbud M Nuh agar ditindaklanjuti.
Sayangnya, meski kedapatan tangan terlibat dalam kasus perjokian, mereka tidak sampai diproses hukum. Polisi menyerahkan sanksi untuk mereka, kepada Rektor UMM.
Kapolsek Karangploso, AKP Sugeng Hardianto, ketika dikonfirmasi Malang Post, menegaskan hal tersebut. Perwira dengan tiga balok di bahunya ini mengatakan, apa yang dilakukan dua joki dan 31 calon mahasiswa tersebut, hanya pelanggaran biasa.
‘’Itu adalah hanya pelanggaran tata tertib. Tidak ada ranah hukumnya. Jadi untuk sanksi, kami serahkan ke Rektor. Apakah mereka dikeluarkan atau diskualifikasi,’’ ungkap Sugeng Hardianto.
Mantan Kaureg Iden Polres Malang Kota ini menerangkan, dikatakan sebagai pelanggaran tata tertib, karena sebelum pelaksanaan tes, ada peraturan yang tidak boleh membawa HP atau peralatan lainnya. Bahkan, sebelum dimulai ujian, peraturan itu juga sempat dibacakan.
Baru sekitar 20 menit saat pelaksanaan tes berlangsung, bersama pihak UMM petugas Polsek Karangploso yang dimintai bantuan pengamanan ini langsung melakukan razia. Hasil dari razia itulah, akhirnya ditemukan 31 joki.
‘’Dalam tes ini, polisi hanya sekedar dimintai bantuan pengamanan pelaksanaan penerimaan siswa baru. Kalaupun memang ditemukan pelanggaran, ya semuanya kami serahkan ke Rektor,’’ ujarnya. (oci/agp/avi)

Harvested from: http://www.malang-post.com/edupolitan/66931-umm-panen-raya-joki
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: