Tlogomas, wilayah di Kota Malang, dikenal dengan kesadaran tinggi terhadap isu lingkungan, yang tercermin dalam peran aktif kader lingkungan yang menggerakkan masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
Aktivitas mereka dapat dianalisis menggunakan teori tindakan sosial Max Weber, yang mengungkap motivasi di balik tindakan mereka, seperti tujuan rasional, nilai moral, tradisi lokal, dan dorongan emosional. Kader Lingkungan (Karling) Kelurahan Tlogomas, dibentuk pada 2010, bertujuan meningkatkan kesadaran dan aksi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Kelompok ini lahir sebagai respons terhadap masalah lingkungan dan mendukung program-program Dinas Kebersihan dan Kepertamanan (DKP) Kota Malang.
Karling, sebagai perpanjangan tangan dari DKP, berperan penting dalam menjaga kualitas lingkungan di Kelurahan Tlogomas melalui edukasi pengelolaan sampah, penghijauan, dan pemeliharaan fasilitas umum.
Mereka juga mengadakan kampanye kesadaran lingkungan untuk mendorong perilaku ramah lingkungan, seperti pengurangan plastik dan daur ulang. Kegiatan ini mempererat hubungan antarwarga dan membangun semangat gotong royong. Karling juga fokus pada penghijauan dengan menanam pohon bersama pemerintah, sekolah, dan LSM, untuk meningkatkan kualitas udara, mengurangi bencana, dan mendukung keanekaragaman hayati serta edukasi lingkungan.
Dalam perspektif tindakan rasional berorientasi nilai (Wertrational) menurut Max Weber, kader lingkungan bertindak berdasarkan keyakinan terhadap nilai-nilai tertentu seperti keberlanjutan, tanggung jawab ekologis, dan kepedulian terhadap generasi mendatang. Tindakan mereka tidak didorong oleh keuntungan material atau hasil langsung, tetapi oleh komitmen terhadap prinsip moral dan etis yang mereka anut.
Contohnya, kampanye penanaman pohon dilakukan bukan hanya untuk manfaat praktis seperti peningkatan kualitas udara atau hasil ekonomi, tetapi karena mereka percaya bahwa menjaga lingkungan adalah kewajiban moral yang harus dilakukan. Tindakan ini mencerminkan pendekatan Wertrational, di mana tujuan yang ingin dicapai lebih berfokus pada nilai-nilai luhur yang diyakini, meski hasilnya mungkin tidak dapat diukur secara langsung atau tidak memberikan manfaat pragmatis dalam jangka pendek. Dengan demikian, kader lingkungan lebih mengutamakan makna dan esensi moral dari tindakan mereka ketimbang hasil material yang bersifat instrumental.
Kader Lingkungan (Karling) adalah organisasi berbasis komunitas yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan aksi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Kegiatan mereka berdampak positif secara sosial dan ekologis. Secara sosial, kegiatan gotong royong memperkuat solidaritas antarwarga, sementara secara ekologis, program penghijauan dan pengelolaan sampah meningkatkan kualitas lingkungan. Program-program Karling meliputi:
1. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas: Edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), mengurangi sampah plastik, dan mendaur ulang limbah rumah tangga.
2. Penghijauan dan Penanaman Pohon: Penanaman pohon di lahan kritis dan kawasan perkotaan untuk memperbaiki kualitas udara, mengurangi dampak bencana, dan mendukung keanekaragaman hayati.
3. Edukasi dan Penyuluhan Lingkungan: Kegiatan penyuluhan tentang pelestarian lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, dan gaya hidup ramah lingkungan melalui diskusi, simulasi, dan video edukasi.
4. Program Swadaya Masyarakat: Mendorong partisipasi masyarakat untuk berkontribusi secara sukarela dalam mendukung pelestarian lingkungan melalui dana swadaya yang digunakan untuk berbagai kegiatan operasional.
Pendekatan swadaya yang diterapkan Karling memastikan keberlanjutan program dan menciptakan rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan. Melalui partisipasi masyarakat dalam pendanaan, Karling menanamkan pemahaman bahwa pelestarian lingkungan adalah tugas bersama.
Program swadaya ini juga membangun kesadaran tentang dampak besar dari kontribusi kecil masyarakat. Masyarakat dapat melihat hasil nyata dari kontribusinya, seperti ruang hijau baru dan pengurangan sampah. Keunggulan Karling terletak pada partisipasi aktif masyarakat, yang menciptakan rasa tanggung jawab bersama, serta edukasi yang membentuk kebiasaan ramah lingkungan melalui program-program praktis. Ini menjadikan Karling agen perubahan yang memperkuat kesadaran kolektif dan kebiasaan lingkungan yang berkelanjutan.
Namun, Karling menghadapi tantangan seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya infrastruktur daur ulang, pemahaman masyarakat yang belum merata, pertumbuhan sampah yang cepat, serta dampak perubahan iklim dan bencana alam yang mengganggu program-programnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan perencanaan yang lebih matang dan strategi adaptif.
Karling adalah contoh nyata lembaga sosial yang aktif menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memperkuat kohesi sosial. Melalui program seperti penghijauan, pengelolaan sampah, dan edukasi lingkungan, KARLING mengajak masyarakat menjadi pelaku perubahan yang peduli lingkungan. Semangat gotong royong yang diusung menciptakan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan dan kelestarian alam, sekaligus memperkuat solidaritas sosial.
Namun, Karling menghadapi tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya infrastruktur daur ulang, dan pemahaman masyarakat yang belum merata. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan dukungan dari pihak swasta, lembaga donor, serta peningkatan edukasi melalui teknologi digital. Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah sangat penting untuk memastikan keberlanjutan program. Dengan pendekatan terkoordinasi, Karling dapat memberikan dampak lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan.
Karling merupakan contoh lembaga sosial yang berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Melalui program penghijauan, pengelolaan sampah, dan edukasi lingkungan, Karling tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan hijau, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat. Dengan pendekatan inklusif, Karling menggugah partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga ekosistem.
Keberhasilan Karling menunjukkan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam mengatasi masalah lingkungan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, program-program Karling dapat berdampak luas, tidak hanya secara lokal, tetapi juga nasional. Diharapkan Karling terus berkembang dan menginspirasi organisasi lain untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan yang lebih luas, dengan dukungan lebih besar dari sektor publik dan swasta, sehingga dapat memperluas dampaknya dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.