Malang: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menjadi tokoh Muhammadiyah yang layak menjadi Wakil Presiden dengan elektabilitas tertinggi di Jawa Timur. Hal itu berdasarkan hasil survei peta opini publik yang dilakukan Laboratorium Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama Juli 2023.
Dari data survei, Muhadjir Effendy memimpin dengan elektabilitas 13,38 persen. Beda tipis dengan Din Syamsudin yang meraup elektabilitas 13 persen.
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), R Siti Zuhro, menilai, Muhammadiyah memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang bisa bersaing, tetapi tidak muncul namanya di kancah politik. Maka, survei ini dapat mendorong Muhammadiyah untuk segera tampil dan berkontribusi.
"Belakangan, muncul nama Pak Muhadjir Effendy yang digadang-gadang jadi pilihan calon wakil presiden. Beliau memang bisa dikatakan sebagai salah satu sosok pemimpin di Jatim. Maka wajar jika dalam survei ini, nama beliau cukup dikenal,” kata Siti saat Bincang Politik Nasional dan Rilis Hasil Survei Opini Publik Jawa Timur di UMM, Kamis 10 Agustus 2023.
Survei ini dilakukan di seluruh desa/kelurahan di Jawa Timur yang dipilih secara acak. Jumlah responden adalah 800 orang dengan sampling error kurang lebih 3,1 persen.
Berdasarkan data hasil survei, suara calon presiden nyatanya tidak ditentukan oleh partai, bamun tergantung sosok yang bersangkutan. Siti Zuhro mengaku dalam sistem pemilihan langsung, popularitas masih menjadi hal yang sangat mempengaruhi pilihan.
"Indonesia memiliki masyarakat yang selalu maintaining harmony dan ini perlu kita jaga. Kalau kita ingin Indonesia baik-baik saja, maka kita mencari dan memilih pemimpin yang nawaitu-nya benar-benar ingin Indonesia jadi lebih baik,” tegasnya.
Sementara itu, pengamat politik UMM, Asep Nurjaman, mengatakan dari hasil survei itu, ia menilai muncul keinginan dari masyarakat agar kader Muhammadiyah bisa muncul ke permukaan. Salah satu yang sedang hangat adalah Muhadjir Effendy.
“Saya rasa ada kerinduan masyarakat akan calon-calon yang punya upaya pengabdian dan ketulusan pada bangsa. Perasaan inilah yang seharusnya terus ditumbuhkan untuk mencegah munculnya fenomena money politic,” kata Asep.