“Semisal anak-anak itu diberi uang jajan oleh orang tuanya. Mereka juga harus memikirkan apakah uang tersebut akan dihabiskan untuk jajan semua, disimpan, atau bahkan disedekahkan,” katanya dalam pesan resmi yang diterima Republika.
Menurut dia, kemampuan ini harus terus diasah agar bisa meningkat seiring berjalannya waktu. Ada pun Chalimatuz membaginya ke beberapa tahap. Hal ini diawali dengan tahap menjadi fresh graduate yang telah memiliki penghasilan.
Saat memasuki tahap di atas, mereka biasanya akan dengan bebas menggunakan uang untuk bersenang-senang. Padahal harus ada antisipasi tabungan untuk keadaan darurat.
Tahap kedua yakni ketika berkeluarga di mana akan banyak kebutuhan baru yang perlu dipikirkan. Sebab itu, dibutuhkan strategi baru juga untuk menghadapinya. Kemudian tahap pensiun di mana harus bisa memikirkan cukup atau tidaknya harta untuk kehidupan sehari-hari. Maka perlu adanya aset produktif seperti kos-kosan.
Terkait menabung dan investasi, ia juga menekankan agar hal tersebut dilakukan di awal. Bukan malah sebaliknya dengan menunggu sisa pengeluaran yang ada. Jika dilakukan di akhir, investasi atau menabung tidak bisa memberikan hasil maksimal.
Menariknya, Chalimatuz juga membagikan kiat perencanaan keuangan yang baik dan efisien. Hal ini diawali dengan memahami kesehatan keuangan pribadi yakni dengan memastikan pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan. Kemudian melakukan alokasi dana diiringi dengan pencatatan keuangan agar tidak keluar dari alokasi yang ditentukan.
Jika punya utang segera dilunasi karena ini biasanya akan menggerogoti keuangan kita. Jika bisa direstrukturisasi, maka segera lakukan. Namun jika tidak bisa, maka kita harus menekan alokasi keuangan yang lain agar bisa lebih cepat menyelesaikan utang.
"Jangan lupa juga untuk melakukan audit, sekalipun hanya keuangan personal,” jelasnya.
Terakhir yakni menentukan perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka menengah, menyimpan uang pada instrumen investasi yang sewaktu-waktu dapat diambil bisa menjadi pilihan. Misalnya tabungan biasa atau reksadana pendapatan tetap. Akan tetapi perlu diingat menyimpan uang di tabungan biasa maka akan beresiko tergerus inflasi. Pilihan lainnya adalah emas yang termasuk investasi jangka menengah.
Emas juga disebut sebagai aset safe haven karena nilainya yang tetap atau meningkat walaupun pasar sedang tidak stabil. Dia akan menjaga pemiliknya agar tetap kaya bukan semakin kaya. "Sementara untuk jangka panjang bisa diinvestasikan ke saham, tanah, maupun rumah meski memang pencairannya lebih lama,” kata dia menambahkan.