MALANG - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur memprogramkan pengembangan pembangunan kampus sejumlah perguruan tinggi di kawasan timur kota agar tidak terkonsentrasi di tengah dan barat.
"Sebagian besar perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta berada di wilayah barat dan di pusat kota, sedangkan di kawasan timur baru ada Politeknik Kota Malang (Poltekom), padahal masyarakat di wilayah timur juga membutuhkannya," kata Wali Kota Malang Moch Anton di Malang, Kamis (25/8/2016).
Oleh karena itu, lanjutnya, pengembangan kampus ke depan harus ke wilayah timur, sebab selain lahannya masih memungkinkan, nantinya juga ada pemerataan pertumbuhan perekonomian yang selama ini hanya terkonsentrasi di wilayah barat dan pusat kota.
Kampus-kampus besar dan berstatus negeri seluruhnya berada di wilayah barat Kota Malang, yakni Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki), Politeknik Negeri Malang (Polinema), dan Politekes.
Sedangkan kampus swasta yang berada di wilayah barat di antaranya adalah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Universitas Tribuana Tungga Dewa (Unitri), STIE Malangkucecwara, Universitas Widya Gama, dan Universitas Gajayana.
"Kami telah berkomunikasi dan mengajak rekan-rekan perguruan tinggi untuk mengembangkan kampusnya ke wilayah timur Kota Malang, termasuk menawarkan wilayah timur untuk pengembangan bisnis kepada pelaku usaha. Alasannya juga sama agar pusat bisnis dan perbelanjaan juga tidak terkonsentrasi di tengah kota," katanya.
Ia mengakui untuk merealisasikan hal itu diperlukan dukungan dan kesungguhan serta kesediaan masyarakat yang bisa terbuka terhadap segala hal. "Yang menjadi kekhawatiran kami, saat para pelaku usaha siap, justru masyarakatnya yang kurang siap," ucapnya.
Anton mengemukakan di kawasan timur Kota Malang, sekarang mulai menggeliat sektor ekonominya sejak adanya kampung warna-warni di Jodipan. Banyak wisatawan yang mengunjungi kampung itu. "Saya instruksikan agar pengelola kampung warna-warni ini tidak memungut retribusi masuk karena justru akan terjadi kontraproduktif," paparnya.
Menurut Anton, yang perlu dibangun dan dikembangkan untuk menambah pendapatan dan pengembangan sektor ekonomi adalah membuka usaha kuliner, oleh-oleh yang memiliki kekhasan kampung warna-warni sebagai cinderamata, bukan memungut retribusi masuk bagi pengunjung.
"Kampung warna-warni ini diharapkan memiliki makna dan karakter yang khas, bahkan harus kita kembangkan maksimal sebagai destinasi wisata baru di Kota Malang yang tidak dimiliki daerah lain," urainya.
(sus)