Foto: Dok. Okezone
JAKARTA - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), peran pendidikan penting dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan guru yang profesional, termasuk juga perluasan akses, dan penguatan pendidikan vokasi.
"Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru merupakan profesi yang mengedepankan keprofesionalan. Melalui keprofesionalan guru kita cetak SDM unggul dan tangguh, serta siap bersaing di MEA," tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (26/9/2016).
Menjadi guru profesional, sebut Muhadjir, butuh tiga hal. Pertama guru tersebut harus ahli, kemudian memiliki tanggung jawab sosial, dan rasa kebersamaan sesama profesi. Untuk itu, lama pendidikan guru juga menjadi aspek penting lantaran pekerjaannya tidak dapat digantikan.
"Jika peran guru dapat digantikan oleh orang yang bukan guru, maka pekerjaan tersebut bukanlah profesi. Untuk itu tugas seorang guru bekerja secara profesional, dan membuat perannya tidak dapat digantikan oleh yang lainnya," ucapnya.
Pada aspek perluasan akses Muhadjir menyebut, Program Indonesia Pintar (PIP) dapat membantu anak-anak dari keluarga miskin kembali bersekolah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan industri di era MEA diperlukan penguatan terhadap pendidikan keterampilan atau vokasi.
"Pekerja seorang juru harus memiliki keterampilan sesuai yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Pendidikan vokasi harus menghasilkan tenaga kerja yang profesional," terangnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu pun optimis bahwa penguatan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar mampu mencetak SDM yang unggul dalam menghadapi MEA.
"Jika pendidikan karakter ini berhasil, maka di tahun 2045 akan menghasilkan pemuda yang berkarakter tangguh dan juga mencetak generasi cemerlang," tandas Mendikbud. (ira)
(sus)