Riset Mahasiswi Asing Soal Perempuan di Malang

Author : Humas | Monday, June 15, 2015 15:29 WIB | Okezone - Okezone

Emma Cecilia Roberts mahasiswi asing di UMM yang sedang mempresentasikan hasil risetnya (foto:umm.ac.id)

MALANG – Ada temuan menarik dari hasil penelitian yang dilakukan seorang mahasiswi asing yang sedang menempuh study di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam risetnya terhadap perempuan di Malang, Jawa Timur, bahwa kaum hawa cenderung pasrah ketika diperlakukan tidak manusiawi oleh kaum laki-laki.

Mahasiswi program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) UMM, Emma Cecilia Roberts, melakukan penelitian tentang korban kekerasan terhadap perempuan di Malang. Yang ia temukan bahwa bagi masyarakat, menjaga aib keluarga dan norma-norma sosial budaya harus didahulukan di atas perlindungan perempuan.

Menurut Emma, hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat awam terhadap sistem keadilan. Sejumlah temuan tersebut terungkap dalam final report yang digelar ACICIS Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM di ruang 611 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I UMM belum lama ini.

Menariknya, Emma melanjutkan, kaum perempuan juga cenderung bersikap pasrah dalam menerima perlakukan buruk dari kaum laki-laki.

“Mereka juga percaya bahwa undang-undang dan institusi lain tidak bisa campur tangan dengan urusan pernikahan,” tambah Emma sebagaimana dikutip umm.ad.id, Senin (15/6/2015).

Untuk itu, Emma mengharapkan agar akses keadilan legal bagi korban kekerasan terhadap perempuan segera diperbaiki. Baginya, harus ada keselarasan antara institusi hukum, budaya Jawa, dan realitas masyarakat, dalam mengupayakan gerakan perlindungan perempuan.

“Media juga harus berperan, dengan cara membahas persoalan ini secara reguler,” ujarnya.

Lebih jauh, Emma merekomendasikan agar ada upaya edukasi terhadap persoalan ini.

“Untuk anak-anak sekolah perlu dikembangkan pendidikan berbasis kesetaraan gender, sementara untuk para pemimpin di tingkat lokal, misalnya ketua RT harus diberikan pelajaran mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan,” jelasnya.

Final report terhadap riset Emma Roberts ini, kata Pelaksana Tugas (Plt) Program ACICIS Widiya Yutanti, merupakan presentasi akhir yang sekaligus melanjutkan dua kegiatan sebelumnya, yaitu kuliah perdana dan progress report. Setelah final report, Emma diharuskan men-submit laporan akhir sebelum kemudian memperoleh sertifikat dan transkrip resmi dari ACICIS UMM.

“Sertifikat dari ACICIS UMM ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Australian National University dan Murdoch University, Australia yang menempuh Asian Studies. Mereka diharuskan memiliki live experience terkait topik yang mereka angkat. Tanpa sertifikat dari kita, dia tidak bisa lulus dari kampusnya,” terang Widiya.

Emma Cecilia Roberts mahasiswi asing di UMM yang sedang mempresentasikan hasil risetnya (foto:umm.ac.id)

MALANG – Ada temuan menarik dari hasil penelitian yang dilakukan seorang mahasiswi asing yang sedang menempuh study di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam risetnya terhadap perempuan di Malang, Jawa Timur, bahwa kaum hawa cenderung pasrah ketika diperlakukan tidak manusiawi oleh kaum laki-laki.

Mahasiswi program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) UMM, Emma Cecilia Roberts, melakukan penelitian tentang korban kekerasan terhadap perempuan di Malang. Yang ia temukan bahwa bagi masyarakat, menjaga aib keluarga dan norma-norma sosial budaya harus didahulukan di atas perlindungan perempuan.

Menurut Emma, hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat awam terhadap sistem keadilan. Sejumlah temuan tersebut terungkap dalam final report yang digelar ACICIS Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM di ruang 611 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I UMM belum lama ini.

Menariknya, Emma melanjutkan, kaum perempuan juga cenderung bersikap pasrah dalam menerima perlakukan buruk dari kaum laki-laki.

“Mereka juga percaya bahwa undang-undang dan institusi lain tidak bisa campur tangan dengan urusan pernikahan,” tambah Emma sebagaimana dikutip umm.ad.id, Senin (15/6/2015).

Untuk itu, Emma mengharapkan agar akses keadilan legal bagi korban kekerasan terhadap perempuan segera diperbaiki. Baginya, harus ada keselarasan antara institusi hukum, budaya Jawa, dan realitas masyarakat, dalam mengupayakan gerakan perlindungan perempuan.

“Media juga harus berperan, dengan cara membahas persoalan ini secara reguler,” ujarnya.

Lebih jauh, Emma merekomendasikan agar ada upaya edukasi terhadap persoalan ini.

“Untuk anak-anak sekolah perlu dikembangkan pendidikan berbasis kesetaraan gender, sementara untuk para pemimpin di tingkat lokal, misalnya ketua RT harus diberikan pelajaran mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan,” jelasnya.

Final report terhadap riset Emma Roberts ini, kata Pelaksana Tugas (Plt) Program ACICIS Widiya Yutanti, merupakan presentasi akhir yang sekaligus melanjutkan dua kegiatan sebelumnya, yaitu kuliah perdana dan progress report. Setelah final report, Emma diharuskan men-submit laporan akhir sebelum kemudian memperoleh sertifikat dan transkrip resmi dari ACICIS UMM.

“Sertifikat dari ACICIS UMM ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Australian National University dan Murdoch University, Australia yang menempuh Asian Studies. Mereka diharuskan memiliki live experience terkait topik yang mereka angkat. Tanpa sertifikat dari kita, dia tidak bisa lulus dari kampusnya,” terang Widiya.

Harvested from: http://news.okezone.com/read/2015/06/15/65/1165646/riset-mahasiswi-asing-soal-kekerasan-perempuan-di-malang
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: