Urgensi Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Islam

Author : Humas | Friday, January 20, 2017 11:27 WIB | Okezone - Okezone

Judul Buku     : Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan Transformasional
Penyunting     : Dr. Sri Rahmi, M.A. dan Umiarso, M.Pd.I
Penerbit          : Remaja Rosdakarya, Bandung
Cetakan          : I, November 2016
Tebal               : 532 halaman
ISBN                : 978-979-692-743-2
Peresensi         : Ahmad Fatoni Pengelola PBA-FAI Universitas Muhammadiyah Malang


SALAH satu problem terbesar yang dihadapi lembaga pendidikan Islam ialah krisis kepemimpinan. Di lingkungan pendidikan Islam, tidak jarang pihak-pihak otoritatif hanya memberikan peluang bagi orang atau kelompok tertentu untuk mengisi posisi pimpinan. Kriteria kepemimpinan tidak berdasarkan kemampuan menerjemahkan visi institusi, melainkan lebih mengutamakan faktor keturunan, kekerabatan maupun pertemanan.

Akibatnya, sudah menjadi rahasia umum bila manajemen pendidikan Islam masih perlu perbaikan. Ambil misal, gaya kepemimpinan yang masih mengedepankan sistem dinasti berlatar belakang keluarga atau teman dekat, rekruitmen personalia tampak kurang profesional, kegiatan kesiswaan agak serampangan, kurikulum yang tidak komprehensif, tata kelola keuangan yang tidak transparan, dan keterbatasan sarana dan prasarana merupakan problem yang semestinya segera diatasi.
Untuk menjawab problem kepemimpinan di lingkungan pendidikan Islam, kedua penulis buku ini menawarkan model kepemimpinan transformasional yang bercirikan kepemilikan sensitivitas tinggi terhadap kemajuan organisasi, pengembangan visi bersama antarkomunitas, pendistribusian peran pimpinan, pembentukan kultur pendidikan, serta ijtihad tiada henti dalam restrukturisasi internal secara periodik.

Mengutip Profesor Bernard M. Bass, penulis buku-buku babon tentang studi kepemimpinan asal State University New York, setidaknya ada empat komponen yang harus dimiliki oleh pemimpin transformatif. Pertama, pengaruh ideal (idealized influence), yaitu seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan efek positif kepada pengikutnya dalam menegakkan konstruksi visi. 

Kedua, motivasi inspirasional (inspirational motivation). Artinya, pemimpin transformatif tidak pernah bosan menginspirasi semangat anggotanya demi mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya tidak terbayangkan. Ia memanfaatkan peluang sekecil apapun melalui ide-ide inspirasional untuk kemajuan lembaganya dengan cara-cara yang dapat memompa spirit kinerja pengikutnya.

Ketiga, stimulasi intelektual (intellectual stimulation). Dalam konteks ini pemimpin transformatif mendongkrak kesadaran pengikutnya untuk mengatasi aneka masalah diri dan lembaga. Produktivitas pemikiran selalu ditumbuh-kembangkan dalam iklim saling percaya. Ia selalu menghargai kreativitas anggota organisasi dan tidak pernah mengekang kebebasan daya kreasi. Dengan demikian, ide-ide segar tidak hanya lahir dari dominasi pemikiran sang pemimpin, tetapi semua komponen turut andil berkontribusi.

Keempat, pertimbangan individual (individual consideration). Dalam hal ini pemimpin transformatif senantiasa merenung, berpikir, dan terus mengidentifikasi kebutuhan karyawannya, mengenali kompetensi setiap anggota organisasi, mendelegasikan wewenangnya, serta memberikan perhatian, membimbing, dan melatih semua anggota secara intensif hingga mencapai sasaran organisasi.  

Dalam buku ini, penulis juga menyinggung keterkaitan antara konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional berdasarkan teori Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia (hal.328-329). Kaitan tersebut dapat dilihat dari gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti hajat fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik kepemimpinan transaksional. Adapun kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui gaya kepemimpinan transformasional.

Sejauh mana seorang pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformatif? Sri Rahmi dan Umiarso mengemukakan, hal itu bisa diukur dari hubungan dan pengaruh pemimpin tersebut terhadap efisiensi kinerja karyawannya. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses relasi antara pemimpin dan pengikutnya untuk saling menaikkan harga diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. 

Dalam konteks manajemen pengembangan pendidikan Islam, model kepemimpinan transformasional dipercaya lebih efektif dan sangat urgen mengingat tiga alasan. Pertama, selain lebih memacu efektivitas kinerja, kepemimpinan transformasional juga dapat mengenali kebutuhan bawahan. Kedua, kepemimpinan transformasional tidak sekedar menaikkan kebutuhan bawahan secara materi, tapi juga memperkuat rasa tanggung jawab sehingga memiliki otonomi dalam bekerja. Ketiga, kepemimpinan transformasional berusaha mendorong bawahan agar mereka juga menjadi pemimpin atas pekerjaannya (hal.303).

Melalui pembahasan yang cukup sistematis dan bahasa yang mudah dicerna, buku bunga rampai ini layak dikaji oleh para pengelola lembaga pendidikan Islam maupun mahasiswa manajemen pendidikan. Memang tak dapat dielak, sebagaimana umumnya sebuah karya bunga rampai, di sana sini ditemukan sedikit pengulangan. Namun, kekurangan sekunder tersebut tidak mengurangi penghargaan atas ikhtiar kedua penulisnya di tengah kelangkaan referensi yang mengaitkan antara manajemen pendidikan Islam dengan model kepemimpinan.      

Harvested from: http://rubik.okezone.com/read/42634/urgensi-kepemimpinan-transformasional-dalam-pendidikan-islam
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: