Sad Beige Mom, Orang Tua Jangan Memaksakan Kehendak kepada Anak

Author : Humas | Saturday, January 04, 2025 09:03 WIB | perawi.co -

Sumber gambar: Pinterest.

PERAWI, Malang — Istilah sad beige mom sedang jadi perbincangan global di berbagai platform media sosial. Tren pola asuh ini dianggap berdampak baik bagi perkembangan anak.

Istilah sad beige mom acap dilekatkan pada kaum perempuan yang memilih dekorasi berwarna netral dan minimalis dalam latar belakang gaya pengasuhan anak. Sad beige mom sudah jadi semacam kiblat estetika dalam pengasuhan anak atau parenting melalui penggunaan warna untuk estetika rumah dan khususnya memperindah kamar anak.

Misalnya, pewarnaan dekorasi kamar anak didominasi warna-warna lembut seperti beige, krem, dan putih. Begitu juga dengan pemilihan warna pakaian, mainan, hingga perabot untuk anak. Warna-warna ini diseragamkan.

Namun, orang tua tetap diingatkan untuk tidak latah dan sembarangan menerapkan pola asuh anak yang dianggap kekinian itu, seperti disampaikan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Profesor Iswinarti.

Meski dianggap estetik, Iswinarti mengatakan, tren sad beige mom masih menimbulkan pertanyaan besar mengenai dampaknya terhadap perkembangan psikis anak. Jangan asal mengikuti tren, namun orang tua perlu memperhatikan betul pentingnya pemilihan dan variasi warna untuk mendukung stimulus visual dan perkembangan kognisi anak sejak bayi.

Iswinarti menjelaskan, pergerakan benda dan suara sangat berpengaruh terhadap stimulasi penglihatan dan pendengaran bayi saat berumur 2-3 bulan.

“Sedangkan, dengan segala keterbatasan, penglihatan bayi cenderung menangkap benda berwarna cerah atau yang memiliki kontras tinggi, seperti hitam, putih, merah, kuning, dan lain sebagainya,” kata Iswinarti, yang punya keahlian di bidang psikologi anak dan psikologi bermain.

Setelah itu, dia melanjutkan, anak berada pada fase perkembangan stimulasi kognitif. Di fase ini anak mulai mampu melakukan klasifikasi warna.

Orang tua umumnya akan memperkenalkan warna-warna dasar kepada anak, seperti merah, kuning, dan hijau sehingga di tahap selanjutnya anak mampu mengklasifikasi warna yang diciptakan dari kombinasi warna dasar—dikenal sebagai warna pelangi.

Dalam psikologi warna, warna tertentu mencerminkan emosi. Warna cerah menggambarkan keceriaan dan semangat. Warna hitam mencerminkan kesedihan mendalam. Ini contoh psikologi warna yang disebut Iswinarti.

Kata Iswinarti, “Ketika anak hanya diberi satu warna dan warnanya tidak menarik perhatian, maka kemungkinan stimulasi kognisi anak tergolong kurang. Pada masa stimulasi perkembangan anak, variasi warna penting diterapkan dan sebaliknya penyeragaman warna justru tidak bagus bagi anak-anak.”

Profesor Iswinarti. Dok. Humas UMM

Dalam konteks tren sad beige mom, wajar saja jika selera orang terhadap warna dan gaya bisa berbeda atau sama. Namun, kata sad dalam istilah itu dinilai aneh dan lebay.

Pilihan kata (diksi) sad berasal dari bahasa Inggris yang bermakna sedih. Sedangkan warna-warna yang dipilih untuk mendekorasi ruang hingga pilihan pakaian dan permainan anak justru menggunakan warna-warna yang tidak memiliki unsur psikologi warna yang sedih.

Lagi pula, masak orang tua tega membesarkan anaknya sebagai pribadi yang gampang murung dan suka bersedih.

Karena itu, Iswinarti menekankan kepada orang tua, khususnya kaum ibu, untuk tidak terlalu egoistis dengan memaksakan kehendak, pikiran, maupun ambisinya kepada anak. Keegoisan orang tua ini dapat mengganggu perkembangan psikis dan kognisi anak.

“Sejatinya, anak tak boleh dipaksa untuk menuruti kehendak atau passion orang tuanya karena satu unsur penting dalam optimalisasi perkembangan anak ialah unsur stimulasi emosi. Hal ini tercermin dalam dalam pola serta metode parenting orang tua kepada anak. Orang tua harus lebih bijak memilih sesuatu terkait parenting, jangan asal ikut tren,” ujar Iswinarti.

Intinya, kata dia, penggunaan palet warna yang lembut dan monoton tidak baik bagi anak-anak dan orang tuanya sendiri. Anak perlu melihat dan berinteraksi dengan serbaneka warna dan bukan warna yang diseragamkan.

Secara keseluruhan, walau fenomena sad beige mom mencerminkan tren desain dan gaya hidup (life style) tertentu, hal terpenting dalam metode parenting adalah menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan mendukung perkembangan anak secara holistik.

Pilihan warna maupun estetika rumah dan kamar anak bukanlah penentu utama dalam tumbuh kembang anak, tapi ditentukan oleh kemampuan orang tua untuk berinteraksi dan mendukung kebutuhan emosional dan perkembangan anak.

 

Harvested from: https://perawi.co/sad-beige-mom-orang-tua-jangan-memaksakan-kehendak-kepada-anak/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: