PWMU.CO – Membatik dengan daun dikenalkan EDNA Tim dari mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Acara bertempat di sudut atrium Begawan Apartment Tlogomas Malang pada tanggal 30 Juni sampai 9 Juli 2023. Bekerja sama dengan brand fashion lokal, Reramban Ecoprint, dibimbing dosen Ilmu Komunikasi Maharina Novia Z. SIkom MIkom dan Jamroji SSos M.Comms.
Membatik dengan daun dikemas dalam acara Ramu Reramban yang membagikan pengalaman praktik menggambar di atas kain dengan teknik hapazome. Yakni memukul media cetak dengan palu.
Mahasiswa UMM memandu pengunjung membuat karya batik ecoprint. Peralatan yang disediakan palu kayu, talenan, dua lembar kain blacu, dedaunan, dan bunga.
Maharina Novi menjelaskan membatik ecoprint ini dengan teknik hapazome. Pengunjung memilih daun dan bunga. Lalu ditata di atas kain blacu sesuai keinginannya. Lalu menutup dengan kain blacu lainnya. Setelah itu daun dan bunga tertutup kain itu dipukul-pukul dengan palu kayu.
”Warna daun dan bunga menempel di kain membentuk pola gambar batik yang indah. Kita dapat dua kain batik. Pengunjung dapat menambahi ucapan untuk sahabat, pasangan, atau diri sendiri,” katanya.
Satu kain batik ecoprint boleh dibawa pulang pengunjung. Satu kain lagi dipajang pada pameran Rekah Reramban yang akan diadakan pada 16 Juli di Rayz UMM Hotel.
Maharina menerangkan, warna daun dan bunga saat dipukul dapat ditransfer ke pori-pori kain sebab kain itu dicuci lalu direndam ke air tawas satu malam. Kemudian kain dikeringkan.
”Unsur logam pada tawas mengikat zat warna pada daun ke media kain. Hasilnya jadi lebih maksimal kalau kain 100 persen bahan alami,” jelasnya.
Dia juga menerangkan, daun, batang, atau bunga yang digunakan juga tidak dapat sembarangan. Pewarna alami harus memiliki kadar air yang pas, tidak terlalu banyak, maupun terlalu sedikit. Produk-produk ecoprint dengan kualitas tinggi dan siap jual diperlukan kombinasi zat logam, teknik, dan daun yang sudah diuji.
Pengunjung pameran, Putra, mengatakan, ini pertama kali membatik ecoprint. Menurutnya, ini pengetahuan baru dan caranya mengasyikkan. Cuma main pukul-pukul.
Jamroji menambahkan, hasil riset tim mahasiswa Ilmu Komunikasi kepada 234 anak muda di Malang Raya, sebanyak 40 persen di antaranya masih menganggap batik ecoprint mudah luntur dan tidak tahan lama.
Acara ini, sambung dia, merupakan realisasi mata kuliah Praktikum Public Relation Event Management. Keseluruhan acara dibimbing dan diawasi oleh dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMM Maharina Novia Z. dan Jamroji.
Evi Kurni, pemilik Reramban Ecoprint, mengatakan, sejak tahun 2018 sudah bermisi menyebarkan konsep slow and sustainable fashion kepada masyarakat.
Ancaman limbah tekstil yang merupakan sampah terbanyak kedua setelah plastik, kata dia, jadi dasar untuk menjadi pioner dari fashion ramah lingkungan.
“Sebetulnya ada banyak cara untuk menjaga lingkungan dari kita berpakaian. Cukup dimulai dengan upcycle baju yang kita miliki dan tidak melulu beli item fashion hanya karena tergiur dengan harga itu sudah membantu lingkungan kita jadi lebih baik,” tutur Evi Kurni.
Penulis Namira Rizky Editor Sugeng Purwanto