Tiga Mahasiswa UMM Lulus tanpa Skripsi berkat Juara Festival Film Internasional

Author : Humas | Friday, August 11, 2023 13:38 WIB | pwmu.co -

Tiga mahasiswa Prodi Komunikasi UMM. Dari kiri: Muhammad Ammar Nashshar Yusuf, Chu Livia Christine Wijaya, dan Kiki Rahma Ardiansyah (Humas Komunikasi UMM)

PWMU.CO – Tiga mahasiswa UMM Program Studi Ilmu Komunikasi kembali mengukir prestasi. Mereka meraih Honorable Mention dalam 2023 Student World Impact Film Festival (SWIFF) yang berpusat di Amerika Serikat. 

Ketiganya kini telah lulus dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lewat jalur prestasi. Mereka adalah Chu Livia Christine Wijaya (producer), Muhammad Ammar Nashshar Yusuf (director of photography), dan Kiki Rahma Ardiansyah (director). Mereka duduk di antara 483 calon wisudawan Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang dilepas oleh dekan, Prof Dr Muslimin Machmud MSi, di ruang teater UMM Dome, Kamis (9/8/2023). 

SWIFF adalah platform untuk memberikan kesempatan kepada pembuat film untuk meningkatkan karir dan eksposuer di dunia film dan hiburan. Dikutip dari websitenya, platform ini dipimpin Festival Director, Mark Leschinsky, dan disponsori oleh The Lighthouse Initiative. 

Lewat film berjudul Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku, Chu dan kawan-kawan tak hanya memperoleh pengakuan honorable mention di SWIFF, tapi juga terseleksi di Lift-Off First Filmmaker Sessions 2023 di Lift-Off Global Network. 

Film yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris menjadi Not Dead, I Remain Mine Always itu diproduksi selama empat hari. Namun riset dan penulisan scenario diakuinya memakan waktu yang relatif lama. Syuting dilakukan di pantai Malang selatan, kota Malang, Batu dan Pujon Kidul.

Menurut Kiki Rahma Ardiansyah, film ini bercerita tentang sosok Sukma yang berusia muda, 14 tahun, yang akan dinikahkan oleh orang tuanya dengan orang kaya dari kota. Seminggu sebelum hari pernikahannya, Sukma mencari cara agar terhindar dari pernikahan yang tidak ia inginkan tersebut. 

Drama human interest ini cukup menyita emosi lantaran kisahnya mencerminkan realitas masyarakat pedesaan saat ini. “Pilihan bagi Sukma antara seperti menunggu waktu kematiannya tiba atau mencoba lari dari kematiannya itu sendiri,” urai Kiki, sang sutradara. 

“Alhamdulillah film ini dihargai dan dianugerahi honorable mention,” aku Kiki bangga. Katanya, ini membuktikan anak-anak UMM memang keren dan diakui.

Tim Produski Meraki Visual

Sebelumnya, pada 2020 bersama teman-temannya, Chu, Kiki dan Ammar telah membentuk tim produksi yang diberi nama Meraki Visual. Ini menjadi wadah bagi anak muda yang tertarik akan dunia perfilman yang memiliki visi yang sama. Tak hanya dari UMM, Meraki juga gabungan mahasiswa dari kampus lain di Malang.

“Kami belajar dan berproses bersama,” tutur Chu sambil menunjukkan akun Youtube Meraki Visual dan Instagram @merakivisual.id yang memuat karya-karya sebelumnya. Beberapa di antara film yang diproduksi Meraki meraih penghargaan.

Dikatakan, awal terbentuknya kelompok ini karena sudah sering bersama ketika di kelompok praktikum. Kebetulan mereka bertiga juga mendapatkan dosen pembimbing yang sama. “Jadi terbentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang ini untuk memilih tugas akhir karya film pendek,” ungkap Chu.

Selain Tidak Mati, beberapa karya film Meraki telah meraih penghargaan. Antara lain film Bumi memperoleh Best Director, Best Actor, dan Most Views dari Indodax Short Film Festival 2020. Kemudian pada tahun 2021, Persembahan untuk Jiwa meraih juara 3 dari Movie Production Club (MPC) Film Festival.

Di tahun yang sama, Film berjudul Rekah memperoleh juara 1 dari Yamaha Film Festival. Sedangkan di 2022, film Samparan masuk kategori 15 besar di Indodax Short Film Festival. 

Sederet prestasi itu tak hanya menambah portofolio personal maupun Meraki Visual. Puluhan juta Rupiah telah diraihnya, baik dari penyelenggara festival maupun reward dari kampus. 

Setelah lulus, ketiga calon alumni Komunikasi UMM ini bertekad terus menjalin komunikasi. Mereka akan terus menginput film-film karyanya di festival-festival sampai habis masanya. 

“Jadi bukan berarti nanti kalau udah lulus, filmnya bakal stop didistribusikan, tapi inshaallah akan terus di distribusikan ke festival-festival,” kata Ammar. 

Ketua Prodi Komunikasi UMM, Nasrullah menyatakan ketiga mahasiswa ini berhasil lulus lewat jalur non-skripsi dengan nilai A. “Mereka ini seperti lewat dua jalur, yakni karya kreatif dan jalur prestasi. Tetap menulis laporan secara akademik. Bahkan laporannya sangat tebal, lebih tebal dari skrispi,” ungkapnya. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Harvested from: https://pwmu.co/309993/08/11/tiga-mahasiswa-umm-lulus-tanpa-skripsi-berkat-juara-festival-film-internasional/2/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: